Padang —Kesiapan
pemerintah daerah menghadapi arus mudik dan balik tahun ini perlu
dievaluasi. Pasalnya, hampir seluruh ruas jalan masih diwarnai
kemacetan panjang. Sudah saatnya dicarikan solusi konkret agar
persoalan klasik setiap tahun ini tak berulang. Mengefektifkan jalan
alternatif Sicincin-Malalak dan merealisasikan pembangunan jalan
tol, bisa menjadi skala prioritas kepala daerah se-Sumbar.
Pantauan Padang Ekspres di beberapa lokasi, seperti ruas jalan Padang-Padangpanjang-Bukittinggi, Bukittinggi-Payakumbuh, Padangpanjang-Solok, Solok-Padang, Padang-Pesisir Selatan, Padang-Kerinci dan lainnya, kemacetan mengular sampai belasan kilometer mulai H+1 Lebaran. Seperti jalur Padang-Bukittinggi, kemacetan terjadi mulai perempatan Lubukalung, Malibo Anai, air terjun Lembah Anai, objek wisata Mifan Padangpanjang, Pasar Kotobaru, Pasar Padanglua dan beberapa titik lainnya.
Saking macetnya, waktu tempuh Padang-Bukittinggi normalnya hanya dua jam perjalanan, molor menjadi lima sampai tujuh jam perjalanan. Tak ayal, kondisi ini mengundang umpatan pengguna jalan. Mereka mengeluhkan ketidaksiapan pemerintah mengatasi kemacetan yang terus berulang setiap tahun.
Salah seorang perantau yang juga Ketua Gebu Minang Jawa Timur, Firdaus HB, mempertanyakan keseriusan pemda Sumbar menyelesaikan jalur-jalur alternatif seperti jalur Sicincin-Malalak. “Menurut informasi yang saya dapat, pembangunan jalur tersebut tidak tuntas karena proses ganti rugi tanah belum tuntas. Hal itu sangat kita sayangkan, masa membebaskan lahan untuk pembangunan saja pemerintah tidak mampu,” sentil pengusaha asal Agam tersebut.
Dia juga menyayangkan rendahnya kesadaran masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan, akibatnya jalur Sicincin-Malalak tak kunjung tuntas. Masyarakat cenderung memanfaatkan kesempatan dengan mematok harga tinggi setiap pembebasan lahan. “Padahal, itu untuk kemaslahatan umat. Setiap jengkal yang mereka berikan, walaupun dibayar akan memberikan pahala yang terus-menerus pada mereka. Kemudian, akan mendatangkan manfaat secara ekonomis pada masyarakat sekitar,” jelasnya.
Pengamat transportasi dari Unand, Dr Yossyafra dan Fidel Miro (dari UBH) menilai pemerintah Sumbar belum sepenuhnya siap menghadapi arus mudik dan balik tahun ini. “Jika pemerintah melengkapi prasarana jalan di jalur alternatif itu, pengendara tidak akan takut melewatinya, dan kemacetan tentu akan bisa teratasi,” kata Yossyafra ketika dihubungi Padang Ekspres tadi malam.
Selain jalur alternatif belum tuntas, menurutnya, kemacetan juga diakibatkan pedagang kaki lima (PKL) berjualan di bahu jalan, serta banyaknya kendaraan parkir di titik-titik kemacetan. Padahal, kata Fidel Miro, UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan sudah menjelaskan bahwa jalan adalah suatu prasarana hubungan darat yang diperuntukan untuk lalu lintas. “Sayangnya, sampai kini masih banyak bahu jalan dijadikan tempat jualan,” sebutnya.
Penyebab lainnya, tambah Yossyafra, pelaku pengendara tidak tertib. Seperti saling mendahului, parkir kendaraan di bahu jalan, dan banyaknya kendaraan menggunakan jalur yang salah. “Inilah penyebab kemacetan,” ungkapnya. Untuk kasus terakhir, Yossayafra menyarankan polisi menindak tegas pengendara yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Upaya ini penting dilakukan untuk memberikan efek jera guna menghindari berulangnya kasus sama.
Fidel Miro menyebutkan, kemacetan dipicu peningkatan jumlah kendaraan tidak diikuti penambahan prasarana jalan. Pemerintah seharusnya menyediakan angkutan alternatif seperti kendaraan massal, dan mengaktifkan kembali jalur kereta api yang sudah lama tidak difungsikan seperti jalur kereta api Pariaman-Padangpanjang. “Harusnya saat Lebaran ini, jalur itu harus diaktifkan kembali sehingga dapat mengurangi kemacetan,” ungkapnya.
Pembangunan jalan tol di Sumbar, menurut Fidel, juga bisa menjadi pilihan. Dia menilai, rencana pemerintah membangun jalan tol Sumbar-Riau sangat efektif mengurangi kemacetan. Fidel berharap pemilik lahan yang akan dilalui jalan tol, harus mendukung rencana tersebut. “Selain mengurangi kemacetan, jalan tol juga dapat meningkatkan perekonomian Sumbar,” tuturnya.
Kemacetan jalan Padang-Bukittinggi-Payakumbuh juga mengundang pendapat beragam dari para tweeps yang bergabung di Twitter @padangekspres yang memiliki follower 3 ribuan. Untuk mengatasinya, mereka mendesak percepatan pembangunan jalan tol atau jalan layang seperti digagas Meneg BUMN Dahlan Iskan dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
“Bikin jalan layang kayak Kelok Sembilan,” kata Mandhariani. “Kan sudah ada wacana untuk membangun jalan tol di rute tersebut,” sambung Andre Rameldo.
Tahun Depan Tuntas
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengaku tidak berlepas tangan mengatasi persoalan ini, terutama mengurai kemacetan di ruas jalan Padang-Bukittingi dan Payakumbuh. Pemprov Sumbar telah menyiapkan sejumlah alternatif. Bahkan, Gubernur optimistis tahun depan jalan Sicincin-Malalak tuntas. Begitu juga pembangunan jalan tol yang merupakan salah satu peluang untuk lebih meningkatkan akses Sumbar ke provinsi tetangga, terutama Riau.
Jalan tol, menurut Irwan, dapat dijadikan sebagai alternatif prasarana transportasi darat guna mengurangi kepadatan lalu lintas. Jalan tol juga berfungsi meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan jasa distribusi produk perekonomian dari pusat pengolahan ke pusat pemasaran melalui koridor Sumatera, dan sebaliknya menuju Sumbar, khususnya Pelabuhan Teluk Bayur.
Seperti diketahui, rencana pembangunan jalan tol Padang–Riau telah diakomodir di tingkat nasional melalui rencana pembangunan Sumatera Highway 2011-2029 yang dikeluarkan Bappenas, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (Perpres No 32 Tahun 2011). Lalu, SK Menteri PU No 631/KPTS/M/ 2009 tentang penetapan ruas jalan menurut statusnya sebagai jalan nasional. Rencana pembangunan jalan tol juga telah diakomodir dalam dokumen perencanaan daerah yakni, RPJPD Sumbar 2005 sampai 2025, Rencana Tataruang Wilayah (RTRW) 2009 sampai 2029, dan RPJMD Sumbar 2010 sampai 2015.
”Jalan Sicincin-Malalak insya Allah tahun depan tuntas. Soal tanah di Agam dari Malalak ke Ngarai, sekarang sedang pengerasan tanah. Kita berharap jika ini tuntas, tentu akan mengurai kemacetan. Sedangkan saat ini, jalan tol sedang dalam proses feasibility,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi (Inforkom) Sumbar, Mudrika mengatakan, kemacetan di ruas jalan Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh akibat tidak ada jalan alternatif. Salah satu solusi mengurai kemacetan adalah dengan memperlebar jalan di Batusangkar. ”Jumlah pemudik atau kendaraan setiap tahunnya akan terus bertambah. Karena itu, tak ada alternatif lain selain menyiapkan sarana dan prasarananya, yakni pelebaran jalan baru. Kami dan Forum Lalu Lintas dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi terhadap antisipasi yang telah kami lakukan untuk mengatasi tingginya arus mudik saat Lebaran,” ujarnya.
Terkait jalan Sicicin-Malalak belum ada rambu-rambunya, diakui Mudrika karena belum dianggarkan. “Kami akan usulkan itu dulu ke DPRD dan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD),” ucapnya.
Disinggung berapa total kendaraan yang keluar masuk Sumbar selama Lebaran? Mudrika mengaku tak tahu persis angkanya karena harus disurvei dulu. “Terus terang kalau angka pasti seperti itu saya tak tahu pasti, karena itu butuh survei dulu. Kalau dihitung secara manual, pasti ada juga error-nya,” jelasnya.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Mulyadi ketika dikonfirmasi, berjanji memprioritaskan anggaran penuntasan jalan Sicincin-Malalak di pusat. “Tahun 2012 ini, sudah dianggarkan dana pembangunan dan pelebaran tujuh jembatan yang masih sempit di Sicincin-Malalak. Tahun 2013, masih ada empat jembatan lagi diperlebar, dan pemangkasan titik-titik rawan longsor,” jelas Mulyadi.
Politisi Partai Demokrat dari Sumbar itu berharap pemerintah daerah secepatnya menyelesaikan pembebasan lahan. Mulyadi menargetkan akhir 2014 jalur Padang-Bukittinggi-Payakumbuh, bebas kemacetan. Menjelang jalan tuntas, Mulyadi berharap, Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar perlu mengoptimalkan jalan-jalan yang ada dengan memperlebar dan memperlancar titik-titik kemacetan seperti Padangluar dan Kotobaru, serta Baso.
Renggut 641 Nyawa
Di sisi lain, padatnya lalu lintas saat mudik Lebaran dan balik telah memakan banyak korban. Berdasar catatan Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012, kecelakaan lalu lintas yang terjadi mulai H-7 Lebaran (12 Agustus 2012) hingga H+3 Lebaran (22 Agustus 2012) sebanyak 3.587 kasus.
’’Kondisi lelah, capek, dan macet bisa mengakibatkan turunnya kewaspadaan pemudik. Hal ini yang barangkali memicu kecelakaan lalu lintas,’’ ujar Ketua Posko Harian Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012 Sugiadi Waluyo kemarin (23/8).
Berdasar data yang masuk ke Posko Lebaran 2012, tercatat kecelakaan banyak terjadi pada H-3 Lebaran (16 Agustus 2012) sebanyak 383 kasus dengan jumlah korban meninggal 54 orang. Hari paling nahas terjadi pada H-4 Lebaran (15 Agustus 2012) karena pada hari itu 66 orang meninggal dunia gara-gara kecelakaan lalu lintas. ’’Total terjadi 3.587 kasus kecelakaan dengan korban meninggal 641 orang,’’ ungkapnya.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan, pemerintah akan mengkaji kemungkinan mengoptimalkan potensi angkutan laut untuk mengangkut pemudik sepeda motor pada Lebaran tahun mendatang. Sebab, mayoritas kecelakaan lalu lintas selama ini terjadi pada pemudik yang menggunakan sepeda motor. ’’Demi keamanan, memang sebaiknya diangkut kapal,’’ tegasnya.
Sebelumnya, Kemenhub telah mengangkut ribuan sepeda motor dan penumpangnya dengan menggunakan kapal perang KRI Banda Aceh dari Jakarta ke Semarang pada saat arus mudik. Kemarin KRI Banda Aceh kembali mengangkut 635 unit motor dan 1.486 orang dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menuju Tanjung Priok Jakarta. ’’Kecelakaan lalu lintas di masa angkutan Lebaran tahun ini masih cukup tinggi. 70 persen di antaranya melibatkan sepeda motor,’’ jelasnya. (ayu/ad/zul/esg/jpnn)
Padang Ekspres 24 Agustus 2012
Pantauan Padang Ekspres di beberapa lokasi, seperti ruas jalan Padang-Padangpanjang-Bukittinggi, Bukittinggi-Payakumbuh, Padangpanjang-Solok, Solok-Padang, Padang-Pesisir Selatan, Padang-Kerinci dan lainnya, kemacetan mengular sampai belasan kilometer mulai H+1 Lebaran. Seperti jalur Padang-Bukittinggi, kemacetan terjadi mulai perempatan Lubukalung, Malibo Anai, air terjun Lembah Anai, objek wisata Mifan Padangpanjang, Pasar Kotobaru, Pasar Padanglua dan beberapa titik lainnya.
Saking macetnya, waktu tempuh Padang-Bukittinggi normalnya hanya dua jam perjalanan, molor menjadi lima sampai tujuh jam perjalanan. Tak ayal, kondisi ini mengundang umpatan pengguna jalan. Mereka mengeluhkan ketidaksiapan pemerintah mengatasi kemacetan yang terus berulang setiap tahun.
Salah seorang perantau yang juga Ketua Gebu Minang Jawa Timur, Firdaus HB, mempertanyakan keseriusan pemda Sumbar menyelesaikan jalur-jalur alternatif seperti jalur Sicincin-Malalak. “Menurut informasi yang saya dapat, pembangunan jalur tersebut tidak tuntas karena proses ganti rugi tanah belum tuntas. Hal itu sangat kita sayangkan, masa membebaskan lahan untuk pembangunan saja pemerintah tidak mampu,” sentil pengusaha asal Agam tersebut.
Dia juga menyayangkan rendahnya kesadaran masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan, akibatnya jalur Sicincin-Malalak tak kunjung tuntas. Masyarakat cenderung memanfaatkan kesempatan dengan mematok harga tinggi setiap pembebasan lahan. “Padahal, itu untuk kemaslahatan umat. Setiap jengkal yang mereka berikan, walaupun dibayar akan memberikan pahala yang terus-menerus pada mereka. Kemudian, akan mendatangkan manfaat secara ekonomis pada masyarakat sekitar,” jelasnya.
Pengamat transportasi dari Unand, Dr Yossyafra dan Fidel Miro (dari UBH) menilai pemerintah Sumbar belum sepenuhnya siap menghadapi arus mudik dan balik tahun ini. “Jika pemerintah melengkapi prasarana jalan di jalur alternatif itu, pengendara tidak akan takut melewatinya, dan kemacetan tentu akan bisa teratasi,” kata Yossyafra ketika dihubungi Padang Ekspres tadi malam.
Selain jalur alternatif belum tuntas, menurutnya, kemacetan juga diakibatkan pedagang kaki lima (PKL) berjualan di bahu jalan, serta banyaknya kendaraan parkir di titik-titik kemacetan. Padahal, kata Fidel Miro, UU No 38 Tahun 2004 tentang Jalan sudah menjelaskan bahwa jalan adalah suatu prasarana hubungan darat yang diperuntukan untuk lalu lintas. “Sayangnya, sampai kini masih banyak bahu jalan dijadikan tempat jualan,” sebutnya.
Penyebab lainnya, tambah Yossyafra, pelaku pengendara tidak tertib. Seperti saling mendahului, parkir kendaraan di bahu jalan, dan banyaknya kendaraan menggunakan jalur yang salah. “Inilah penyebab kemacetan,” ungkapnya. Untuk kasus terakhir, Yossayafra menyarankan polisi menindak tegas pengendara yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Upaya ini penting dilakukan untuk memberikan efek jera guna menghindari berulangnya kasus sama.
Fidel Miro menyebutkan, kemacetan dipicu peningkatan jumlah kendaraan tidak diikuti penambahan prasarana jalan. Pemerintah seharusnya menyediakan angkutan alternatif seperti kendaraan massal, dan mengaktifkan kembali jalur kereta api yang sudah lama tidak difungsikan seperti jalur kereta api Pariaman-Padangpanjang. “Harusnya saat Lebaran ini, jalur itu harus diaktifkan kembali sehingga dapat mengurangi kemacetan,” ungkapnya.
Pembangunan jalan tol di Sumbar, menurut Fidel, juga bisa menjadi pilihan. Dia menilai, rencana pemerintah membangun jalan tol Sumbar-Riau sangat efektif mengurangi kemacetan. Fidel berharap pemilik lahan yang akan dilalui jalan tol, harus mendukung rencana tersebut. “Selain mengurangi kemacetan, jalan tol juga dapat meningkatkan perekonomian Sumbar,” tuturnya.
Kemacetan jalan Padang-Bukittinggi-Payakumbuh juga mengundang pendapat beragam dari para tweeps yang bergabung di Twitter @padangekspres yang memiliki follower 3 ribuan. Untuk mengatasinya, mereka mendesak percepatan pembangunan jalan tol atau jalan layang seperti digagas Meneg BUMN Dahlan Iskan dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
“Bikin jalan layang kayak Kelok Sembilan,” kata Mandhariani. “Kan sudah ada wacana untuk membangun jalan tol di rute tersebut,” sambung Andre Rameldo.
Tahun Depan Tuntas
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengaku tidak berlepas tangan mengatasi persoalan ini, terutama mengurai kemacetan di ruas jalan Padang-Bukittingi dan Payakumbuh. Pemprov Sumbar telah menyiapkan sejumlah alternatif. Bahkan, Gubernur optimistis tahun depan jalan Sicincin-Malalak tuntas. Begitu juga pembangunan jalan tol yang merupakan salah satu peluang untuk lebih meningkatkan akses Sumbar ke provinsi tetangga, terutama Riau.
Jalan tol, menurut Irwan, dapat dijadikan sebagai alternatif prasarana transportasi darat guna mengurangi kepadatan lalu lintas. Jalan tol juga berfungsi meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan jasa distribusi produk perekonomian dari pusat pengolahan ke pusat pemasaran melalui koridor Sumatera, dan sebaliknya menuju Sumbar, khususnya Pelabuhan Teluk Bayur.
Seperti diketahui, rencana pembangunan jalan tol Padang–Riau telah diakomodir di tingkat nasional melalui rencana pembangunan Sumatera Highway 2011-2029 yang dikeluarkan Bappenas, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (Perpres No 32 Tahun 2011). Lalu, SK Menteri PU No 631/KPTS/M/ 2009 tentang penetapan ruas jalan menurut statusnya sebagai jalan nasional. Rencana pembangunan jalan tol juga telah diakomodir dalam dokumen perencanaan daerah yakni, RPJPD Sumbar 2005 sampai 2025, Rencana Tataruang Wilayah (RTRW) 2009 sampai 2029, dan RPJMD Sumbar 2010 sampai 2015.
”Jalan Sicincin-Malalak insya Allah tahun depan tuntas. Soal tanah di Agam dari Malalak ke Ngarai, sekarang sedang pengerasan tanah. Kita berharap jika ini tuntas, tentu akan mengurai kemacetan. Sedangkan saat ini, jalan tol sedang dalam proses feasibility,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi (Inforkom) Sumbar, Mudrika mengatakan, kemacetan di ruas jalan Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh akibat tidak ada jalan alternatif. Salah satu solusi mengurai kemacetan adalah dengan memperlebar jalan di Batusangkar. ”Jumlah pemudik atau kendaraan setiap tahunnya akan terus bertambah. Karena itu, tak ada alternatif lain selain menyiapkan sarana dan prasarananya, yakni pelebaran jalan baru. Kami dan Forum Lalu Lintas dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi terhadap antisipasi yang telah kami lakukan untuk mengatasi tingginya arus mudik saat Lebaran,” ujarnya.
Terkait jalan Sicicin-Malalak belum ada rambu-rambunya, diakui Mudrika karena belum dianggarkan. “Kami akan usulkan itu dulu ke DPRD dan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD),” ucapnya.
Disinggung berapa total kendaraan yang keluar masuk Sumbar selama Lebaran? Mudrika mengaku tak tahu persis angkanya karena harus disurvei dulu. “Terus terang kalau angka pasti seperti itu saya tak tahu pasti, karena itu butuh survei dulu. Kalau dihitung secara manual, pasti ada juga error-nya,” jelasnya.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Mulyadi ketika dikonfirmasi, berjanji memprioritaskan anggaran penuntasan jalan Sicincin-Malalak di pusat. “Tahun 2012 ini, sudah dianggarkan dana pembangunan dan pelebaran tujuh jembatan yang masih sempit di Sicincin-Malalak. Tahun 2013, masih ada empat jembatan lagi diperlebar, dan pemangkasan titik-titik rawan longsor,” jelas Mulyadi.
Politisi Partai Demokrat dari Sumbar itu berharap pemerintah daerah secepatnya menyelesaikan pembebasan lahan. Mulyadi menargetkan akhir 2014 jalur Padang-Bukittinggi-Payakumbuh, bebas kemacetan. Menjelang jalan tuntas, Mulyadi berharap, Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar perlu mengoptimalkan jalan-jalan yang ada dengan memperlebar dan memperlancar titik-titik kemacetan seperti Padangluar dan Kotobaru, serta Baso.
Renggut 641 Nyawa
Di sisi lain, padatnya lalu lintas saat mudik Lebaran dan balik telah memakan banyak korban. Berdasar catatan Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012, kecelakaan lalu lintas yang terjadi mulai H-7 Lebaran (12 Agustus 2012) hingga H+3 Lebaran (22 Agustus 2012) sebanyak 3.587 kasus.
’’Kondisi lelah, capek, dan macet bisa mengakibatkan turunnya kewaspadaan pemudik. Hal ini yang barangkali memicu kecelakaan lalu lintas,’’ ujar Ketua Posko Harian Posko Nasional Angkutan Lebaran Terpadu 2012 Sugiadi Waluyo kemarin (23/8).
Berdasar data yang masuk ke Posko Lebaran 2012, tercatat kecelakaan banyak terjadi pada H-3 Lebaran (16 Agustus 2012) sebanyak 383 kasus dengan jumlah korban meninggal 54 orang. Hari paling nahas terjadi pada H-4 Lebaran (15 Agustus 2012) karena pada hari itu 66 orang meninggal dunia gara-gara kecelakaan lalu lintas. ’’Total terjadi 3.587 kasus kecelakaan dengan korban meninggal 641 orang,’’ ungkapnya.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono menyatakan, pemerintah akan mengkaji kemungkinan mengoptimalkan potensi angkutan laut untuk mengangkut pemudik sepeda motor pada Lebaran tahun mendatang. Sebab, mayoritas kecelakaan lalu lintas selama ini terjadi pada pemudik yang menggunakan sepeda motor. ’’Demi keamanan, memang sebaiknya diangkut kapal,’’ tegasnya.
Sebelumnya, Kemenhub telah mengangkut ribuan sepeda motor dan penumpangnya dengan menggunakan kapal perang KRI Banda Aceh dari Jakarta ke Semarang pada saat arus mudik. Kemarin KRI Banda Aceh kembali mengangkut 635 unit motor dan 1.486 orang dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menuju Tanjung Priok Jakarta. ’’Kecelakaan lalu lintas di masa angkutan Lebaran tahun ini masih cukup tinggi. 70 persen di antaranya melibatkan sepeda motor,’’ jelasnya. (ayu/ad/zul/esg/jpnn)
Padang Ekspres 24 Agustus 2012