Pilgub Sumbar Tiga Pasang
PADANG, HALUAN — Peta pertarungan calon gubernur
Sumatera Barat semakin mengerucut. Irwan Prayitno dan Nasrul Abit
(IP-NA) telah mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur yang diusung partai Gerindra dan PKS. Keluarnya surat
yang ditandatangani Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto juga
mempertegas pertalian dua belah pihak sudah mendekati final jelang
pendaftaran di KPU pada 26 Juli mendatang. Gerindra yang memiliki 8
kursi di DPRD Sumbar dan PKS yang memiliki 7 kursi, menjadikan duet ini
klop dengan 15 kursi.
Apa yang sudah dideklarasikan ini, mengundang perhatian banyak pihak tentang nasib pasangan Mulyadi-Fauzi Bahar dan Muslim Kasim- Shadiq Pasadigoe (MK-SP) yang sudah digadang-gadang sejak lama.
Lahirnya putusan Mahkamah Konstutusi (MK) yang meminta anggota dewan mundur dan lahirnya deklarasi IP-NA, semakin memperkuat keputusan MK-SP untuk maju. Bahkan, DPD Golkar Padang yang sebelumnya bersuara lantang mendukung Hendra Irwan Rahim, kini malah bersuara lantang menyuarakan Shadiq Pasadigoe. Artinya beberapa dukungan sudah mengarah ke pasangan ini.
Plt Wakil Ketua DPD Golkar Sumbar Zulkenedi Said mengatakan, belum ada putusan resmi, tetapi petunjuk dari pusat memperlihatkan adanya restu untuk pasangan ini. “Kami sudah mengajukan tiga nama, yaitu Muslim Kasim, Shadiq Pasadigoe, Syamsu Rahim. Tampaknya ya pusat merestui hubungan ini (MK-SP, red) dan kami siap berkoalisi dengan PPP,” ucap Zulkenedi ketika dihubungi, Selasa (14/7).
Meskipun di tubuh Golkar kubu Agung sudah ada sinyal, Golkar kubu ARB menyatakan siap memberi kejutan di detik-detik pendaftaran, siapa calon yang akan diusung. Baik Golkar kubu Agung dan Golkar kubu ARB memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan calon masing-masing. Jika ternyata calon yang diajukan kedua kubu orang yang sama, ini tidak masalah. Tapi jika dua kubu memunculkan calon yang berbeda, maka pusat akan menjadi penentu.
“Kami saat ini hanya wait and see dulu. Habis lebaran, baru kami bergerak,” kata Ketua Penjaringan Calon Kepala Daerah Golkar Yulman Hadi.
Di tubuh PPP sendiri, Ketua Penjaringan Calon Kepala Daerah PPP kubu Martias Tanjung juga mulai mengambil ancang-ancang agar pasangan MK-SP maju. PPP malah berencana menjalin trio bukan duet untuk pasangan gubernur Sumbar. Yaitu, Muslim Kasim, Shadiq Pasadigoe dan Syamsu Rahim.
Hingga kini, PPP memang belum mententukan siapa saja pasangan yang akan diusungnya. PPP sebagai partai peraih 8 kursi di DPRD Sumbar, menginginkan pada kesempatan kali ini menjadi pengusung bukan pendukung dan memilih calon yang akan menang.
Asrinaldi sendiri mengaku, pihaknya diundang dalam sebuah pertemuan para partai politik di Singapura beberapa waktu lalu. Namun, dengan alasan lain, pihaknya memilih tidak menghadiri pertemuan.
“Kami sudah menjalin diskusi hingga tengah malam, tapi keputusan juga belum didapat. Kami harap calon maupun masyarakat bersabar. Kami ingin calon yang menang,” ucapnya. Asrinaldi sendiri melihat, tren di masyarakat untuk pemilihan gubernur masih belum berubah. Tetap melihat para calon sebagai orang yang sudah berusaha dari bawah.
“Batanggo naiak, bajanjang turun. Masyarakat masih memakai prinsip ini,” ucap Asrinaldi.
Artinya, masyarakat tidak akan menjatuhkan pilihan begitu saja jika tidak melihat perjuangan yang dilakukan para calon. Para calon yang sering bertemu masyarakat, memulai usahanya dari bawah lebih dihargai, Karena sudah memiliki ikatan emosional yang cukup tinggi. Seperti hubungan bupati dengan niniak mamak maupun wakil bupati dengan tokoh masyarakat.
Kemudian, dengan kondisi ini, duet antara Mulyadi dan Fauzi Bahar akan semakin menguat. Ketua DPD Demokrat Sumbar Josrizal Zain tidak membantah jika duet ini kemungkinan besar terjadi. Koalisi besar pun siap tercipta. Yaitu Demokrat (8), PAN (8), Nasdem (6), Hanura (5), PDIP (4), PBB (1) dan PKB (1) hingga menghasilkan 33 kursi.
“Kami harapkan dalam dua hari ini selesai. Sebagai anggota dewan, Mulyadi perlu membicarakan ini dengan keluarga besarnya tentang rencana mundur. Hanya tinggal menunggu itu saja,” ucap Josrizal.
Di lain pihak, meskipun sudah disebut-sebut akan mengusung pasangan Fauzi Bahar dan Mulyadi, Ketua DPD PDIP Sumbar Alex Indra Lukman menyatakan belum memberikan dukungan terhadap pasangan Mulyadi-FB.
“Kami hingga saat ini masih mengharapkan pertarungan head to head terjadi di Sumbar dan sedang mengusahakan itu,” ucap Alex mewakili Koalisi Sumbar Bangkit.
Hal yang sama juga dikemukakan DPW Nasdem Sumbar. Ketua Tim Pilkada DPW Nasdem Sumbar, Marsa Nova Andesra mengatakan bahwa, apapun isu atau wacana yang berkembang di luar Nasdem tidak terlalu mempersalahkan, karena sejatinya DPW Nasdem Sumbar tetap menunggu putusan dari DPP terkait siapa nama calon gubernur dan wakil yang akan diusung.
“Kita masih menunggu keputusan dari DPP,” katanya.
Ia berasumsi bahwa DPP sudah mengantongi nama-nama orang yang akan diusung untuk pilkada Sumbar, namun ke DPW DPP belum mau sampaikan. Yang jelas pasangan calon dari Nasdem itu akan dideklarasikan dalam waktu dekat.
“Waktunya belum kita pastikan, yang jelas sebelum 26 Juli atau sebelum pendaftaran ke KPU,” ujar Andes yang juga merupakan Wakil Ketua DPW Nasdem Sumbar.
Sementara itu, Sekretaris DPW Nasdem Sumbar, Marhadi Effendi mengatakan keputusan MK tentang pencalonan beberapa waktu lalu membuat peta politik di Sumbar kacau. Calon yang awalnya sudah memiliki pasangan bubar lagi karena pasangan mereka yang dari DPR dan DPRD memilih mundur dari calon.
Terkait dengan pertemuan Singapura, Sekretaris penyaringan Calon Kepala Daerah (Cakada) DPW Nasdem Sumbar Budi Prakoso menyebutkan tak satupun wakil Nasdem yang ikut serta pada iven itu. “Itu urusan yang bertemu, bukan juga membicarakan koalisi. Nasdem sejauh ini belum menentukan koalisi dengan siapa. Nasdem belum kemana-mana,” lanjut Joe lagi.
Sekarang, Nasdem sedang melakukan finalisasi pasangan calon dan koalisi di tingkatan DPP. Dipastikan Joe, Nasdem tak akan picik dalam menentukan koalisi dalam Pilgub mendatang. Nasdem tidak akan melihat larat partai, apakah dari kubu KMP atau KIH. “Tidak ada kubu-kubuan. NasDem siap berkoalisi dengan siapa saja. Arahnya, Nasdem ingin play to win. Koalisi dengan siapa saja bisa,” kata Joe.
IP Tetap Ungggul
Pengamat Politik dari Universitas Andalas Asrinaldi menilai, dengan kemungkinan tiga pasangan calon gubernur yang akan muncul, pasangan IP-NA tetap berada di posisi teratas. Besarnya kekuatan IP-Na ini bisa dilihat dari posisi IP sebagai petahana, memiliki mesin politik yang baik dan memiliki relawan yang militan dan tidak dimiliki partai lain.
“Tidak hanya itu, NA sebagai penguasa Pesisir Selatan selama dua periode tidak bisa diabaikan. Jika tidak 100 persen, 80 persen suara bisa diraih di Pessel untuk Nasrul Abit,” katanya.
Kemudian, IP sebagai pemegang kekuasaan selama lima tahun di Sumbar, telah memulai usahanya-usahanya sejak jauh hari. Jika saat ini calon lain masih sibuk dengan rapat-rapat, maka IP lebih banyak bergerak di tengah masyarakat.
“Jika calon lain ingin menyaingi atau membuat seimbang, maka dalam waktu enam bulan ini harus bergerak habis-habisan. Menciptakan relawan yang militan dan menciptakan mesin politik yang bergerak aktif,” ucapnya.
Terhadap Mulyadi sendiri, Asrinaldi melihat apa yang dilakukan oleh Mulyadi dengan menebar spanduk, sosialisasi di tengah masyarakat sudah membuahkan hasil yang positif meskipun belum maksimal.
Kemudian jika melihat kekuatan Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) untuk Muslim Kasim, Asrinaldi sedikit melihat keraguan di tubuh angggota paguyuban ini. Ia sendiri mengakui bahwa PKDP paguyuban yang solid, namun ada faktor lain yang membuat tidak semua anggota PKDP memberikan dukungan.
Jika membandingkan elektabilitas masing-masing calon saat ini, Asrinaldi melihat IP masih memiliki elektabilitas yan cukup tinggi dibanding yang lain.
Di sisi lain, Koordinator LSI Sumbar Edi Indrizal justru mengemukan sebaliknya. Pilgub ini begitu berat bagi IP. Ia sendiri menilai, dari peta Pilgub di Sumbar, jumlah petahana yang bertahan dengan yang berguguran sangat sedikit.
“Beratnya Pilgub ini bagi IP, juga dilihat dari posisi lawan yang bisa mengimbangi IP sebagai petahana. Baik itu dari sisi popularitas, kesukaan, maupun basis massa,” ucap Edi.
Edi melihat, Mulyadi dan Shadiq Pasadigoe merupakan lawan yang perlu diwaspadai IP, dibanding yang lain. Hal ini jika melihat basis massa yang dimiliki kedua lawannya ini. Mulyadi yang menguasai, Agam, Bukitinggi, Limapuluh Kota dan Payakumbuh dan Shadiq dengan Tanah Datar yang memiliki suara terbanyak setiap pemilu. Sementara IP lebih aktif bergerak di dapil Sumbar I yaitu Padang.
Hingga saat ini Edi melihat kemungkinan dua pasangan calon gubernur Sumbar masih terbuka lebar. Namun, jika munculnya tiga pasang calon tak terbendung, maka posisi Mulyadi dengan pasangannya cukup kuat disusul dengan Shadiq bersama MK. (h/eni/mg-rin)
harianhaluan.com 15 Juli 2015
Apa yang sudah dideklarasikan ini, mengundang perhatian banyak pihak tentang nasib pasangan Mulyadi-Fauzi Bahar dan Muslim Kasim- Shadiq Pasadigoe (MK-SP) yang sudah digadang-gadang sejak lama.
Lahirnya putusan Mahkamah Konstutusi (MK) yang meminta anggota dewan mundur dan lahirnya deklarasi IP-NA, semakin memperkuat keputusan MK-SP untuk maju. Bahkan, DPD Golkar Padang yang sebelumnya bersuara lantang mendukung Hendra Irwan Rahim, kini malah bersuara lantang menyuarakan Shadiq Pasadigoe. Artinya beberapa dukungan sudah mengarah ke pasangan ini.
Plt Wakil Ketua DPD Golkar Sumbar Zulkenedi Said mengatakan, belum ada putusan resmi, tetapi petunjuk dari pusat memperlihatkan adanya restu untuk pasangan ini. “Kami sudah mengajukan tiga nama, yaitu Muslim Kasim, Shadiq Pasadigoe, Syamsu Rahim. Tampaknya ya pusat merestui hubungan ini (MK-SP, red) dan kami siap berkoalisi dengan PPP,” ucap Zulkenedi ketika dihubungi, Selasa (14/7).
Meskipun di tubuh Golkar kubu Agung sudah ada sinyal, Golkar kubu ARB menyatakan siap memberi kejutan di detik-detik pendaftaran, siapa calon yang akan diusung. Baik Golkar kubu Agung dan Golkar kubu ARB memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan calon masing-masing. Jika ternyata calon yang diajukan kedua kubu orang yang sama, ini tidak masalah. Tapi jika dua kubu memunculkan calon yang berbeda, maka pusat akan menjadi penentu.
“Kami saat ini hanya wait and see dulu. Habis lebaran, baru kami bergerak,” kata Ketua Penjaringan Calon Kepala Daerah Golkar Yulman Hadi.
Di tubuh PPP sendiri, Ketua Penjaringan Calon Kepala Daerah PPP kubu Martias Tanjung juga mulai mengambil ancang-ancang agar pasangan MK-SP maju. PPP malah berencana menjalin trio bukan duet untuk pasangan gubernur Sumbar. Yaitu, Muslim Kasim, Shadiq Pasadigoe dan Syamsu Rahim.
Hingga kini, PPP memang belum mententukan siapa saja pasangan yang akan diusungnya. PPP sebagai partai peraih 8 kursi di DPRD Sumbar, menginginkan pada kesempatan kali ini menjadi pengusung bukan pendukung dan memilih calon yang akan menang.
Asrinaldi sendiri mengaku, pihaknya diundang dalam sebuah pertemuan para partai politik di Singapura beberapa waktu lalu. Namun, dengan alasan lain, pihaknya memilih tidak menghadiri pertemuan.
“Kami sudah menjalin diskusi hingga tengah malam, tapi keputusan juga belum didapat. Kami harap calon maupun masyarakat bersabar. Kami ingin calon yang menang,” ucapnya. Asrinaldi sendiri melihat, tren di masyarakat untuk pemilihan gubernur masih belum berubah. Tetap melihat para calon sebagai orang yang sudah berusaha dari bawah.
“Batanggo naiak, bajanjang turun. Masyarakat masih memakai prinsip ini,” ucap Asrinaldi.
Artinya, masyarakat tidak akan menjatuhkan pilihan begitu saja jika tidak melihat perjuangan yang dilakukan para calon. Para calon yang sering bertemu masyarakat, memulai usahanya dari bawah lebih dihargai, Karena sudah memiliki ikatan emosional yang cukup tinggi. Seperti hubungan bupati dengan niniak mamak maupun wakil bupati dengan tokoh masyarakat.
Kemudian, dengan kondisi ini, duet antara Mulyadi dan Fauzi Bahar akan semakin menguat. Ketua DPD Demokrat Sumbar Josrizal Zain tidak membantah jika duet ini kemungkinan besar terjadi. Koalisi besar pun siap tercipta. Yaitu Demokrat (8), PAN (8), Nasdem (6), Hanura (5), PDIP (4), PBB (1) dan PKB (1) hingga menghasilkan 33 kursi.
“Kami harapkan dalam dua hari ini selesai. Sebagai anggota dewan, Mulyadi perlu membicarakan ini dengan keluarga besarnya tentang rencana mundur. Hanya tinggal menunggu itu saja,” ucap Josrizal.
Di lain pihak, meskipun sudah disebut-sebut akan mengusung pasangan Fauzi Bahar dan Mulyadi, Ketua DPD PDIP Sumbar Alex Indra Lukman menyatakan belum memberikan dukungan terhadap pasangan Mulyadi-FB.
“Kami hingga saat ini masih mengharapkan pertarungan head to head terjadi di Sumbar dan sedang mengusahakan itu,” ucap Alex mewakili Koalisi Sumbar Bangkit.
Hal yang sama juga dikemukakan DPW Nasdem Sumbar. Ketua Tim Pilkada DPW Nasdem Sumbar, Marsa Nova Andesra mengatakan bahwa, apapun isu atau wacana yang berkembang di luar Nasdem tidak terlalu mempersalahkan, karena sejatinya DPW Nasdem Sumbar tetap menunggu putusan dari DPP terkait siapa nama calon gubernur dan wakil yang akan diusung.
“Kita masih menunggu keputusan dari DPP,” katanya.
Ia berasumsi bahwa DPP sudah mengantongi nama-nama orang yang akan diusung untuk pilkada Sumbar, namun ke DPW DPP belum mau sampaikan. Yang jelas pasangan calon dari Nasdem itu akan dideklarasikan dalam waktu dekat.
“Waktunya belum kita pastikan, yang jelas sebelum 26 Juli atau sebelum pendaftaran ke KPU,” ujar Andes yang juga merupakan Wakil Ketua DPW Nasdem Sumbar.
Sementara itu, Sekretaris DPW Nasdem Sumbar, Marhadi Effendi mengatakan keputusan MK tentang pencalonan beberapa waktu lalu membuat peta politik di Sumbar kacau. Calon yang awalnya sudah memiliki pasangan bubar lagi karena pasangan mereka yang dari DPR dan DPRD memilih mundur dari calon.
Terkait dengan pertemuan Singapura, Sekretaris penyaringan Calon Kepala Daerah (Cakada) DPW Nasdem Sumbar Budi Prakoso menyebutkan tak satupun wakil Nasdem yang ikut serta pada iven itu. “Itu urusan yang bertemu, bukan juga membicarakan koalisi. Nasdem sejauh ini belum menentukan koalisi dengan siapa. Nasdem belum kemana-mana,” lanjut Joe lagi.
Sekarang, Nasdem sedang melakukan finalisasi pasangan calon dan koalisi di tingkatan DPP. Dipastikan Joe, Nasdem tak akan picik dalam menentukan koalisi dalam Pilgub mendatang. Nasdem tidak akan melihat larat partai, apakah dari kubu KMP atau KIH. “Tidak ada kubu-kubuan. NasDem siap berkoalisi dengan siapa saja. Arahnya, Nasdem ingin play to win. Koalisi dengan siapa saja bisa,” kata Joe.
IP Tetap Ungggul
Pengamat Politik dari Universitas Andalas Asrinaldi menilai, dengan kemungkinan tiga pasangan calon gubernur yang akan muncul, pasangan IP-NA tetap berada di posisi teratas. Besarnya kekuatan IP-Na ini bisa dilihat dari posisi IP sebagai petahana, memiliki mesin politik yang baik dan memiliki relawan yang militan dan tidak dimiliki partai lain.
“Tidak hanya itu, NA sebagai penguasa Pesisir Selatan selama dua periode tidak bisa diabaikan. Jika tidak 100 persen, 80 persen suara bisa diraih di Pessel untuk Nasrul Abit,” katanya.
Kemudian, IP sebagai pemegang kekuasaan selama lima tahun di Sumbar, telah memulai usahanya-usahanya sejak jauh hari. Jika saat ini calon lain masih sibuk dengan rapat-rapat, maka IP lebih banyak bergerak di tengah masyarakat.
“Jika calon lain ingin menyaingi atau membuat seimbang, maka dalam waktu enam bulan ini harus bergerak habis-habisan. Menciptakan relawan yang militan dan menciptakan mesin politik yang bergerak aktif,” ucapnya.
Terhadap Mulyadi sendiri, Asrinaldi melihat apa yang dilakukan oleh Mulyadi dengan menebar spanduk, sosialisasi di tengah masyarakat sudah membuahkan hasil yang positif meskipun belum maksimal.
Kemudian jika melihat kekuatan Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) untuk Muslim Kasim, Asrinaldi sedikit melihat keraguan di tubuh angggota paguyuban ini. Ia sendiri mengakui bahwa PKDP paguyuban yang solid, namun ada faktor lain yang membuat tidak semua anggota PKDP memberikan dukungan.
Jika membandingkan elektabilitas masing-masing calon saat ini, Asrinaldi melihat IP masih memiliki elektabilitas yan cukup tinggi dibanding yang lain.
Di sisi lain, Koordinator LSI Sumbar Edi Indrizal justru mengemukan sebaliknya. Pilgub ini begitu berat bagi IP. Ia sendiri menilai, dari peta Pilgub di Sumbar, jumlah petahana yang bertahan dengan yang berguguran sangat sedikit.
“Beratnya Pilgub ini bagi IP, juga dilihat dari posisi lawan yang bisa mengimbangi IP sebagai petahana. Baik itu dari sisi popularitas, kesukaan, maupun basis massa,” ucap Edi.
Edi melihat, Mulyadi dan Shadiq Pasadigoe merupakan lawan yang perlu diwaspadai IP, dibanding yang lain. Hal ini jika melihat basis massa yang dimiliki kedua lawannya ini. Mulyadi yang menguasai, Agam, Bukitinggi, Limapuluh Kota dan Payakumbuh dan Shadiq dengan Tanah Datar yang memiliki suara terbanyak setiap pemilu. Sementara IP lebih aktif bergerak di dapil Sumbar I yaitu Padang.
Hingga saat ini Edi melihat kemungkinan dua pasangan calon gubernur Sumbar masih terbuka lebar. Namun, jika munculnya tiga pasang calon tak terbendung, maka posisi Mulyadi dengan pasangannya cukup kuat disusul dengan Shadiq bersama MK. (h/eni/mg-rin)
harianhaluan.com 15 Juli 2015