Kisah dan Ibrah (22) - PKS Sumbar
News Update
Loading...

09 Juni 2018

Kisah dan Ibrah (22)

Ramadhan 22

Oleh: Irsyad Syafar

Perang Tabuk terjadi  pada bulan Rajab tahun ke 9 hjriyah. Rasulullah saw memerintahkan para sahabat berangkat perang setelah Beliau mendapat informasi bahwa Romawi dibawah pimpinan Heraklius telah menyiapkan pasukan besar untuk menyerang umat Islam. Ini merupakan peperangan terberat yang pernah dihadapi oleh Rasulullah saw dan para sahabat.

Perang ini juga dinamakan Yaumu 'usrah, atau hari (perang) yang sangat sulit. Disamping karena lawan yang akan dihadapi sangat kuat dan jarak yang akan ditempuh dari Madinah ke Tabuk sangat jauh, juga perang ini berlangsung pada musim panas. Sehingga sebagian merasa keberatan berangkat berperang di hari yang sangat panas.

Allah SWT menceritakan pembicaraan kaum munafik dan orang-orang yang "mangkir" dari peperangan:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ. (التوبة: ٨١).

Artinya: "Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui." (QS At Taubah: 81).

Kesulitan perang ini juga disebabkan karena kesulitan harta, kurangnya perbekalan dan kendaraan serta minimnya persenjataan. Imam Muslim dalam kitab shahihnya (1/55-56/hadits:27) meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah ra. yang menceritakan berbagai kesulitan dan kekurangan yang dialami kaum Muslimin dalam perjalanan mereka ini sampai harus bertahan hanya dengan satu kurma dengan meminum air setiap kali mereka menghisap kurma tersebut tanpa memakannya.

Pada banyak peperangan, Rasulullah saw cendrung merahasiakan persiapan dan penggalangan perang. Namun untuk perang Tabuk ini, Rasulullah saw menginformasikannya secara terbuka, dan mewajibkan semua yang memenuhi syarat untuk berangkat berperang. Bahkan Rasulullah saw melakukan penggalangan dana untuk biaya perang ini.

Dengan beratnya dan susahnya perang ini, maka ia menjadi ujian bagi seluruh kaum muslim waktu itu. Mana yang betul-betul beriman dan mana yang hanya berpura-pura. Setidaknya, tersingkaplah beberapa kelompok dikalangan kaum muslimin waktu itu: Orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhalangan, orang-orang munafik dan orang-orang jujur tetapi tidak ikut berperang.

Adapun orang-orang beriman, mereka merespon seruan jihad dari Rasulullah saw ini dengan penuh semangat dan antusias. Dan mereka berlomba-lomba untuk berkorban. Apalagi Rasulullah saw memotivasi mereka untuk itu.

Abdurrahman bin Hubab menceritakan, "Aku menyaksikan Rasulullah saw  memotivasi para shahabat dalam perang Al ‘Usrah (yaitu Perang Tabuk), maka Utsman bin Affan berdiri dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!’. Lalu Rasulullah saw memotivasi lagi, dan Utsman kembali berdiri dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 200 unta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!’. Lalu Rasulullah saw memotivasi lagi, dan Utsman kembali berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah! Aku akan memberikan 300 unta lengkap dengan muatan dan pelananya di jalan Allah!’. Maka aku melihat Rasulullah turun dari mimbar dan berkata, "Tidak ada bagi Utsman sesuatu yang akan menimpanya setelah ini, tidak ada bagi Utsman sesuatu yang akan menimpanya setelah ini". (HR At Tirmidzi 5/626).

Di dalam riwayat Imam Ahmad, diriwayatkan bahwa Ustman ra. juga mensedekahkan uang sebanyak 1000 dinar emas. Sehingga wajar kemudian Rasulullah saw sampai menjamin surga bagi Ustman.

Adapun sahabat Umar bin Khattab ra, beliau bersedekah dengan separuh hartanya, dan beliau berharap hari itu bisa mengalahkan Abu Bakar ra (dalam amal shaleh). Ketika Rasulullah saw bertanya berapa yang ia sisakan untuk nafkah keluarganya, Umar menjawab, "Sejumlah itu juga".

Sedangkan Abu Bakar ra. membawa semua yang ia miliki, dan  menginfakkannya kepada Rasulullah saw untuk biaya perang. Ketika ditanya berapa yang ia sisakan untuk nafkah keluarganya, Abu Bakar menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya". Sejak itu Umar merasa tidak akan pernah mengalahkan Abu Bakar.

Masih banyak lagi sahabat lain yang berinfak dengan nominal yang besar. Mereka semisal Al ‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Muhammad bin Maslamah, dan ‘Ashim bin ‘Adi. Bahkan Abdurrahman bin Auf berinfakkan sebanyak 2000 dinar emas. Allah SWT memberikan kabar gembira kepada mereka:

لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (88) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (89) التوبة.

Artinya: "Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (QS At Taubah: 88-89).

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ

Artinya: "Barangsiapa menyiapkan pasukan ‘Usrah maka baginya surga." (HR Bukhari).

Itu kalangan berada dari para sahabat. Adapun kalangan dhuafa dan miskin, mereka tak mau kalah. Mereka berinfak semampu yang mereka miliki. Ada yang datang menghadap Rasulullah saw menginfakkan sedikit korma. Diantara mereka ada yang membawa satu sha’ kurma seperti Khaitsamah al-Anshari ra, ada juga yang membawa setengah sha’ kurma seperti Abu Uqail ra. Infak kaum miskin ini menjadi sasaran ejekan dan celaan orang-orang munafik. Bahkan yang berinfak dengan jumlah banyakpun menjadi celaan mereka. Mereka menuduhnya itu adalah riya. Allah SWT berfirman membela kaum mukminin:

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. (التوبة: ٧٩).

Artinya: "(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela kaum Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allâh akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih." (QS At-Taubah:79).

Adapun kelompok sahabat yang tidak mampu sama sekali, dan tidak punya apa-apa. Mereka juga tidak mau kalah dalam semangat dan pengorbanan. Mereka berbondong-bondong datang menghadap Rasulullah saw, berharap dan meminta dengan sangat agar dibawa berangkat pergi berperang. Namun Rasulullah saw tak mampu dan tidak punya biaya untuk membawa mereka. Akibatnya mereka pulang dengan sedih dan berlinang air mata. Perasaan mereka betul-betul terpukul tak ikut serta meraih kemuliaan bersama Rasulullah saw di medan jihad. Allah SWT berfirman:

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

Artinya: "Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu". lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan." (QS At Taubah: 92).

Sedangkan kelompok orang-orng yang memiliki halangan syar'i seperti cacat, buta, pincang dan sakit, maka mereka semua tidak wajib pergi berperang, dan sudah dimaafkan oleh Allah SWT.

لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَىٰ وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ ۚ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

Artinya: "Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS At Taubah: 91).

Kelompok berikutnya adalah kaum munafiqin. Menghadapi perang berat ini mereka menampilkan perangai yang memalukan. Sebelum berangkat mereka telah menjadi provokator. Mereka hasut orang lain untuk tidak pergi perang pada musim panas. Saat penggalangan infak, mereka mencela semua orang. Yang berinfak banyak, dituduhnya riya. Yang sedikit mereka cemooh.

Kemudian saat Rasulullah saw dan pasukan sudah berangkat menuju Tabuk, orang-orang munafik itu juga tidak ikut. Mereka tetap tinggal, duduk-duduk saja di Madinah. Ketika Rasulullah saw pulang dari perang, mereka datang pula pura-pura minta maaf dan minta izin. Allah SWT menggambarkan sikap mereka:

{يَعْتَذِرُونَ إِلَيْكُمْ إِذَا رَجَعْتُمْ إِلَيْهِمْ قُلْ لَا تَعْتَذِرُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكُمْ قَدْ نَبَّأَنَا اللَّهُ مِنْ أَخْبَارِكُمْ وَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (94) سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (95). التوبة.

Artinya: "Mereka (orang-orang munafik) mengemukakan uzurnya kepada kalian, apabila kalian telah kembali kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah, "Janganlah kalian mengemukakan uzur; kami tidak percaya lagi kepada kalian, (karena) sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami di antara perkabaran-perkabaran (rahasia-rahasia) kalian. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaan kalian, kemudian kalian dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” Kelak mereka akan bersumpah kepada kalian dengan nama Allah, apabila kalian kembali kepada mereka, supaya kalian berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahanam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS At Taubah: 94-95).

Terakhir, ada sekelompok orang yang tidak punya udzur, tapi mereka tidak berangkat pergi berperang. Dan mereka tidak pula mencari-cari alasan agar dimaafkan oleh Rasulullah saw. Mereka ada 3 orang: yang paling terkenal Ka'ab bin Malik, lalu Mararah ibnu Rabi’ Al-Amiri dan Hilal ibnu Umayyah Al-Waqifi. Ketiga orang ini dengan jujur mengakui kesalahan mereka. Ketidakikutan mereka dalam peperangan bukan karena udzur atau sakit dan sebagainya. Semua semata-mata karena kelalaian mereka.

Ka'ab bin Malik menceritakan apa yang telah terjadi dengan dirinya, "Aku tidak pernah absen dari Rasulullah saw dalam suatu peperangan pun, kecuali dalam Perang Tabuk. Hanya dalam Perang Badar aku tidak ikut, dan tidak ada seorang pun yang ditegur karena tidak mengikutinya. Karena sesungguhnya tujuan awalnya hanya untuk menghadang kafilah dagang orang-orang Qureisy. Namun kemudian berubah menjadi perang Badar."

Ka'ab bin Malik tidak ikut berangkat bukan karena tidak mampu atau miskin. Melainkan karena dia masih terus berlalai-lalai, tidak serius menyiapkan diri. Kalau dia mau, dia bisa siapkan bahkan untuk dua ekor tunggangan sekaligus.

Sikap menunda-nunda dan perasaan nanti akan bisa diselesaikan, telah membuat Ka'ab semakin ketinggalan. Hingga pada suatu hari Rasulullah Saw. dan kaum muslim berangkat, sedangkan dia masih belum menunaikan sesuatu pun dari persiapannya. Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan membuat persiapanku dalam satu dua hari lagi, lalu aku akan berangkat menyusul Rasulullah saw."

Namun keesokan harinya Ka'ab belum juga tuntas menyiapkan dirinya. Bahkan sampai rombongan pasukan Rasulullah saw sudah sangat jauh. Ketika itulah ia sudah tidak mungkin lagi mengejar rombongan. Ia merasa sangat sedih dan galau. Apalagi ketika diperhatikannya orang-orang yang masih tinggal di Madinah hanya dua golongan saja: golongan orang-orang yang punya udzur syar'i seperti buta, cacat dan sakit. Dan golongan kedua orang-orang munafiq. Saat itu Ka'ab semakin tersentak. Ia sudah pasti tidak masuk golongan pertama. Bagaimana mungkin dia rela masuk golongan kedua???

Ketika Ka'ab mendengar berita bahwa Rasulullah saw dan pasukan sudah balik menuju Madinah, hatinya semakin berdebar. Alasan apa yang akan dia katakan kepada Rasulullah saw. Sehingga dia bisa selamat dari murka Rasulullah saw. Sempat terpikir dihatinya untuk berdusta membuat-buat alasan, pastilah Rasulullah saw percaya. Apalagi track recordnya sangat positif, tak pernah absen dari jihad. Tapi, setelah dia pikirkan dengan tenang dan dia rundingkan dengan keluarganya, rencana itu dia batalkan. Takkan ada yang bisa menyelamatkan dirinya kecuali dia jujur mengakui kelalaiannya.

Pagi harinya Rasulullah saw sampai di Madinah dan langsung ke masjid untuk shalat sunnat. Kemudian berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut berperang. Masing-masing mengemukakan uzurnya dan bersumpah kepadanya untuk menguatkan alasannya. Jumlahnya ada delapan puluh orang lebih. Maka Rasulullah Saw. menerima lahiriah mereka dan memohonkan ampun kepada Allah untuk mereka. Sedangkan mengenai isi hati mereka Beliau serahkan kepada Allah Swt.

Setelah itu Ka'ab menghadap dan  mengucapkan salam. Terlihat Beliau tersenyum sinis, lalu bersabda, ‘Kemarilah...!" Apakah yang menyebabkan kamu tidak ikut perang? Bukankah kamu telah membeli kendaraan?" Ka'ab menjawab, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika aku duduk di hadapan selain engkau dari kalangan penduduk dunia, niscaya aku dapat keluar dari kemarahannya dengan berbagai alasan. Sesungguhnya aku telah dianugerahi pandai berbicara. Tetapi demi Allah, aku merasa yakin bahwa jika aku berbicara kepadamu pada hari ini dengan pembicaraan yang dusta hingga aku dapat membuatmu ridha, niscaya Allah akan membuat engkau murka terhadap diriku dalam waktu yang dekat (yakni melalui wahyu-Nya). Dan sesungguhnya jika aku mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu, niscaya engkau akan murka terhadap diriku karenanya. Namun aku benar-benar berharap semoga Allah memberikan ampunan yang terbaik bagiku dalam kejujuranku ini. Demi Allah, sebenarnya aku tidak mempunyai uzur (halangan) apa pun. Demi Allah, aku belum pernah mengalami keadaan yang lapang dan mudah seperti ketika aku tidak ikut perang bersamamu ini."

Dengan kuat dan tegar Ka'ab mengakui kesalahannya. Maka Rasulullah saw menerima pengakuannya, dan menyuruhnya pulang. Ka’ab bin Malik melanjutkan kisahnya, “Rasulullah Saw. bersabda: Adapun orang ini, maka ia berkata sejujurnya. Sekarang pergilah hingga Allah memberikan keputusan. Maka aku bangkit dan pergi."

Ka'ab bin Malik pulang, sambil menunggu keputusan Allah SWT. Begitu juga dua orang temannya yang juga mengaku dengan jujur. Setelah itu turunlah keputusan Allah. Semua kaum muslimin diperintahkan untuk tidak berbicara sepatah kata pun dengan 3 orang tersebut, dan harus menjauhi mereka. Hukuman ini sangat berat. Semua sahabat Rasulullah saw berubah total tidak mau bicara dengan Ka'ab dan dua kawannya. Bahkan untuk sekedar menjawab salam saja tidak boleh.

Hukuman ini sangat menyiksa mereka bertiga. Dunia yang begitu luas terasa sempit. Ka'ab masih pergi shalat berjamaah di belakang Rasulullah saw. Berharap bisa bersalaman atau melihat wajah Beliau. Namun ternyata Beliau memalingkan wajahnya. Suatu yang sangat menusuk hati. Sementara temannya yang dua lagi tak pernah keluar rumah. Di rumahnya mereka menangis setiap hari menyesali kesalahannya. Di masjid, di jalan dan di pasar takkan ada orang yang mau menyapa ataupun menjawab salamnya. Semua patuh dengan perintah Allah dan RasulNya.

Saat proses hukuman "boikot" itu berlangsung, tiba-tiba ada seseorang dari negeri syam datang mencari Ka'ab. Ia membawa surat dari Raja Gassan yang kafir. Sang Raja mengundang Ka'ab bergabung dengannya, meninggalkan Muhammad yang telah memboikotnya. Ka'ab bin Malik semakin terpukul dengan surat raja Gassan tersebut. Ia katakan, "Ini ujian berikutnya." Surat itupun ia robek.

Setelah humuman boikot itu berlangsung 40 hari, tiba-tiba datang lagi tambahan hukuman. Utusan Rasulullah saw datang menyampaikan bahwa istri-istri mereka ini tidak boleh melayani dan berkomunikasi dengan mereka. Sungguh sangat semakin berat kondisi kejiwaan mereka. Ka'ab pun menyuruh istrinya pulang ke rumah orang tuanya. Sampai ada keputusan berikutnya dari Rasulullah saw.

Setelah genap 50 hari, ketika Ka'ab bin Malik selesai shalat shubuh di rumahnya, dia naik ke loteng rumahnya, dengan hati yang semakin remuk dan dada yang semakin sesak. Tiap hari tiap sebentar ia menangis memohon ampunan kepada Allah SWT. Tiba-tiba, terdengar teriakan dan suara keras dari seorang lelaki yang datang dari arah Masjid Nabawi, dari arah atas bukit, "Berbahagialah engkau wahai Ka'ab...! Allah telah menerima taubatmu." Ka'ab langsung tersungkur manangis bahagia atas karunia Allah yang besar ini.

Rupanya shubuh itu Rasulullah saw telah menerima wahyu, bahwa Allah SWT telah menerima taubat 3 orang sahabatnya. Allah SWT berfirman:

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّىٰ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. (التوبة: ١١٨).

Artinya: "dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS At Taubah: 118).

Ka'ab bin Malik bergegas pergi ke Masjid Nabawi menghadap Rasulullah saw. Ternyata di jalan para sahabat berebut menyampaikan berita gembira ini. Bahkan ada yang naik kuda. Dan ada yang berteriak dari atas bukit. Semua berbahagia dan memberikan ucapan selamat kepada Ka'ab dan dua temannya, atas taubat mereka. Sungguh, tidak ada kebahagian melebihi diterimanya taubat seorang hamba oleh Allah.

Pelajaran

1. Bila seorang muslim melalaikan sebuah kebaikan, bisa-bisa dia akan kehilangan banyak kebaikan. Bahkan akan jatuh kepada kesalahan dan dosa.
2. Orang-orang beriman akan selalu proaktif dalam amal shaleh, berkompetisi dalam mengamalkannya, dan tak pernah menyerah dengan keterbatasan potensinya.
3. Orang munafik akan selalu mencari alasan untuk tidak berbuat baik. Dan lebih cendrung mengejek amalan orang lain bila sedikit, dan menuduh riya bila lebih banyak.
4. Kejujuran, integritas, dan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri adalah kunci keselamatan jangka panjang seorang muslim di dunia dan di akhirat.
5. Setiap mukmin haruslah patuh dan loyal kepada Allah dan RasulNya, serta kepada pimpinan, dalam setiap tugas dan perintah, selama bukan berupa maksiat. Apalagi bila itu adalah dalam berjuang di jalan Allah SWT.

Wallahu A'laa wa A'lam.

Share with your friends

Give us your opinion

Pemberitahuan
Jangan lupa untuk like dan subscribe PKS Sumbar.
Done