Buya Mahyeldi - PKS Sumbar
News Update
Loading...

14 Mei 2019

Buya Mahyeldi

Oleh Cahyadi Takariawan

Ada sangat banyak cara orang memanfaatkan waktu saat berada dalam penerbangan dengan pesawat terbang. Sebagia orang menggunakan waktu untuk mengobrol dengan teman duduk di sampingnya, ada yang membaca buku, ada yang menonton film, ada yang mendengarkan musik atau murattal melalui headset, ada yang tilawah, ada pula yang tidur. Saya golongan yang terakhir ini.
Bagi saya, penerbangan adalah jatah istirahat, agar ketika mendarat sudah fresh dan siap langsung berkegiatan dengan fit. Tapi pagi ini saya tidak bisa tidur, saat terbang dari Halim Perdanakusuma menuju Yogyakarta dengan Batik Air. Bukan karena turbulence pesawat, bukan karena cuaca, tapi karena terusik pembicaraan dua orang yang duduk di samping kanan saya.
Biasanya, setelah duduk dan mengenakan seatbelt, saya akan sejenak memeriksa pesan di smartphone, lalu mematikan smartphone, dan bersiap tidur. Pagi inipun berlaku hal seperti itu. Namun baru saja saya bersiap tidur, saya terusik dan dibuat penasaran oleh pembicaraan dua tersebut. Akhirnya saya menjadi tidak bisa tidur.
Sesungguhnya saya tidak berusaha menguping, karena menguping bukan tindakan terpuji. Namun karena mereka mengobrol tepat di samping saya, mau tidak mau saya ikut mendengar dan mengerti isi omongan mereka berdua.
Tampaknya mereka berdua belum kenal satu sama lain, lalu mengobrol ringan untuk memanfaatkan waktu sepanjang penerbangan. Yang satu seorang ibu, satu lagi seorang bapak. Dari pakaian dan penampilannya, keduanya tampak sebagai kalangan profesional. Sepertinya sama-sama orang pemerintahan, sehingga obrolannya nyambung dan asyik.
Yang membuat saya tidak bisa tidur, karena si ibu menyebut-nyebut dan membicarakan salah satu teman saya, Buya Mahyeldi, Walikota Padang,. Si ibu ini sepertinya aparatur sipil negara, di Pemkot Padang yang tengah dinas ke Yogyakarta. Ia bercerita kepada si bapak tentang berbagai program dan kegiatan, sampai akhirnya bercerita tentang Walikota Padang.
Awalnya saya tidak peduli dengan omongan mereka. Namun begitu si ibu menyebut Walikota Padang, telinga saya langsung “berdiri”. Menurut si ibu itu, Walikota Padang adalah orang yang baik. Sebagai pemimpin, beliau sangat merakyat. Si ibu lalu menceritakan kehidupan keseharian Buya.
“Orangnya sederhana. Pakaiannya itu itu saja, kalau tidak baju dinas Pemkot, ya baju warna putih. Tidak pernah berpakaian yang mewah-mewah”, ujar si ibu.
Menurut si ibu, Walikota Padang sangat dekat dengan rakyat. Sejak dulu, beliau suka masuk kampung dan tidak sungkan tidur di rumah-rumah warga. Bahkan pada bulan Ramadhan ini, hampir setiap malam Walikota tidur di rumah warga miskin. Berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain, dari mereka yang tercatat sebagai warga miskin di Kota Padang.
Sungguh saya sangat terharu mendengar penuturan ibu itu.
Si ibu juga menceritakan bahwa Walikota Padang sangat lembut dan santun. Dalam komunikasi dan interaksi sehari-hari, tidak pernah arogan. Hal ini membuat para aparatur menjadi nyaman. Sebagai aparatur daerah, si ibu bisa membandingkan hal ini dengan pemimpin lainnya. Buya Mahyeldi, menurutnya, sangat menjaga sopan santun dalam berkomunikasi dengan orang lain.
“Kalau berbicara, beliau sering mengutip ayat dan hadits. Cara bicaranya halus. Jadi kita itu merasa sejuk mendengarkan arahannya” kata si ibu.
Bukan saja tentang diri Walikota yang diceritakan. Si ibu juga menceritakan istri Walikota yang ternyata juga sangat santun dan Islami. Menurut si ibu, ketika berbicara di forum, istri Walikota juga sering mengutip ayat dan hadits, seperti suaminya, sehingga membuat nyaman yang mendengarkan.
Menurutnya, Walikota Padang bukan hanya baik secara pribadi dan keluarga, namun juga sukses dalam membangun Kota Padang. Sangat banyak perubahan Kota Padang semenjak dipimpin Buya Mahyeldi, termasuk dalam hal kinerja aparatur serta perbaikan sistem pemerintahan. Hal ini menjadi semakin membanggakan bagi aparatur dan masyarakat Kota Padang pada umumnya.
Kedua orang yang tengah mengobrol itu tidak tahu kalau saya ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Walaupun saya mendengar tanpa sengaja, namun akhirnya menikmati sampai selesai. Saya benar-benar tidak tidur hingga pesawat mendarat di Jogja. Hilang sudah kesempatan saya untuk istirahat di pesawat seperti biasanya. Namun tergantikan oleh sebuah kisah yang mencengangkan bagi saya tentang Buya Mahyeldi.
Saya sudah lama tidak bertemu beliau, sehingga tidak update terhadap kegiatan beliau akhir-akhir ini. Saya bersyukur tanpa sengaja telah mendapat update kondisi beliau hari ini dari obrolan ringan yang tanpa sengaja saya dengarkan.
Si ibu bercerita lancar tanpa beban, karena ia tidak tahu kalau saya teman Buya, juga tidak tahu kalau mendengarkan omongannya. Jadi saya menilai cerita itu tulus, bukan mengada-ada, bukan untuk mencari point atau semacamnya,  karena bercerita kepada orang yang baru saja dikenalnya di pesawat.
Mendengar itu semua, saya semakin kagum dengan Buya Mahyeldi. Sosok pemimpin daerah yang kharismatik, membuat nyaman aparatur pemerintahan, membuat sejuk suasana kerja, sangat merakyat, bahkan rela tidur bersama oramg miskin di rumah mereka. Saya merinding mendengar itu semua.
Kita masih ingat, dulu pernah ada Walikota yang dikabarkan suka blisukan, dan tiap hari serentak diberitakan koran serta TV nasional. Semua media gencar memberitakan si Walikota yang dianggap sederhana tersebut. Orang tidak tahu bahwa untuk bisa masuk pemberitaan media nasional secara massif itu tidak gratis. Butuh biaya besar untuk mencitrakan diri sebagai sederhana dan merakyat.
Bandingkan dengan Walikota Padang yang satu ini. Buya Mahyeldi, benar-benar dekat dengan rakyat, sosok yang hangat bersahabat, rela meninggalkan kasur empuknya di rumah dinas untuk tidur di rumah rakyat miskin setiap malam selama Ramadhan. TV nasional mana yang memberitakannya? Koran nasional apa yang meliput?
Sepertinya tak banyak orang mengenal Mahyeldi. Tak banyak orang mengerti kiprahnya. Tidak terkenal orangnya, layaknya para celeb poliikus lainnya. Juga tidak viral kisah dirinya. Tapi saya yakin, ia sangat terkenal oleh penduduk langit yang terus menerus mendoakannya, agar ia dikuatkan Allah untuk memimpin Kota Padang, kelak memimpin Sumatera Barat, bahkan bisa memimpin Indonesia. Tanpa pencitraan. Pemimpin seperti ini yang dirindukan masyarakat Indonesia.
Salam takzhim dari sahabat sekaligus muridmu, Buya Mahyeldi. Aku semakin kagum dan hormat kepadamu.
Terimakasih pula kepada ibu yang telah bercerita apa adanya, sehingga saya mendapatkan update informasi tentang sahabat saya.
Batik Air ID 7531, Jakarta Halim Perdanakusuma – Yogyakarta, take off 09.30 WIB, kursi 20 A. Selasa 14 Mei 2019.
Sumber: ruangbaca dot id

Share with your friends

Give us your opinion

Pemberitahuan
Jangan lupa untuk like dan subscribe PKS Sumbar.
Done