Ramadhan 19 - PKS Sumbar
News Update
Loading...

15 Juni 2017

Ramadhan 19

Irsyad Syafar

EMPAT GOLONGAN
(إياك نعبد وإياك نستعين)

Ibnul Qayyim Aljauziah menyebutkan adanya 4 golongan manusia berdasarkan "Ibadah" dan "Isti'anah".

Golongan pertama adalah golongan yang paling tinggi dan paling mulia, yaitu Ahlul Ibadah dan ahlul Isti'anah. Mereka adalah orang-orang yang tujuan dan agenda hidupnya adalah ibadah kepada Allah dan mereka juga melakukan isti'anah kepadaNya. Dan ketika mereka meminta tolong pun, yang mereka minta adalah agar dimudahkan beribadah.

Inilah yang diajarkan Baginda Nabi Muhammad saw kepada sahabat Muadz bin Jabal, karena Beliau sangat mencintai Muadz.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ : ( يَا مُعَاذُ ! وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ : لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ) رواه أبو داود (1522) قال النووي في "الأذكار" (ص/103): إسناده صحيح . وقال الحافظ ابن حجر في "بلوغ المرام" (ص/96): إسناده قوي. وصححه الألباني.

Artinya: Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah memegang tangannya dan berkata, "Wahai Muadz, sungguh Aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu". Lalu Rasulullah berkata lagi: "Aku berwasiat kepadamu Muadz, jangan sekali-kali engkau tinggalkan diujung setiap shalat untuk berdoa: "Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingatMu, mensyukuriMu, dan beribadah dengan baik kepadaMu". (HR Abu Daud, dishahihkan Albany).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa doa terbaik dan paling bermanfaat adalah memohon pertolongan kepada Allah untuk mendapatkan ridhoNya.

Golongan kedua, adalah lawan dari golongan pertama. Dan merupakan golongan yang paling hina lagi tercela. Yaitu golong Pembangkang Ibadah dan pembangkang Isti'anah. Mereka adalah orang-orang yang kafir kepada Allah. Mereka tidak menyembahNya dan juga tidak minta tolong kepadaNya.

Kalaupun ada mereka yang meminta pertolongan kepada Tuhan, maka permintaan mereka lebih kepada kepentingan perut, syahawat dan hak-hak dunia mereka. Bukan untuk suatu yang diredhai Allah. Sebab, iblis juga meminta kepada Allah. Tapi permintaan iblis itu hanyalah keinginan iblis, bukan mardhatillah. Dan permintaannya bisa juga dikabulkan Allah, akan tetapi hanya akan menambah jauhnya dari Allah.

Karena itu, terkabulnya doa atau permintaan seorang hamba kepada Allah, tidaklah semuanya merupakan kemuliaan dan karomah. Bisa jadi pengabulan doa itu untuk kecelakaan dan kesengsaraannya. Seperti halnya para dukun dan penyembah jin dan syetan. Permintaan-permintaan mereka tidak jarang terkabul dan terbukti. Namun itu semakin menambah dalamnya jurang kejatuhan mereka.

Kandungan makna ini Allah isyaratkan dalam firmanNya:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ.
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ.

Artinya: "Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (QS Al Fajr: 15-16).

Maksudnya, tidak semua pemberian Allah merupakan kemuliaan. Dan tidak semua yang kurang pemberian dari Allah adalah kehinaan. Acuannya adalah sejauh mana seorang hamba taat dan patuh kepada Allah, dibalik pemberian atau tidak diberinya oleh Allah.

Terkait hal ini, para ulama menyarankan agar setiap meminta kebutuhan dunia kepada Allah, sebaiknya dikaitkan dengan syarat kabaikan dalam ilmu Allah. Misalnya, "Ya Allah, jika urusan ini baik bagiku dalam agama dan akhiratku menurut IlmuMu, maka mudahkanlah aku untuk itu. Jika itu buruk bagi agama dan akhiratku menurut ilmuMu, maka jauhkanlah aku darinya...".

Golongan ketiga yaitu orang-orang yang rajin beribadah tetapi malas atau tidak minta tolong kepada Allah. Bentuknya dua macam. Ada yang tidak minta tolong kepada Allah karena merasa sanggup dan bisa melakukan sendiri. Tak perlu bantuan Allah. Atau dia tidak minta tolong kepada Allah karena merasa Allah pasti akan menolong hambaNya.

Kedua bentuk golongan ketiga ini tidaklah benar. Sebab, meminta tolong kepada Allah itu juga perintah dari Allah. Dan seorang hamba yang beriman, baginya apapun perintah dari Allah, itu harus dilaksanakan.

Golongan ketiga ini juga telah keliru dalam memahami tawakkal. Mereka menganggap tawakkal itu menyerah saja kepada Allah, tidak perlu usaha. Dan itu tidaklah tepat. Tawakkal yang benar adalah meminta tolong kepada Allah dengan mengambil semaksimal mungkin sebab-sebab pertolongan.

Sebagai contoh, Rasulullah saw dalam berjihad di medan perang, Beliau bermunajat memohon bantuan Allah, dengan penuh khusyuk dan perendahan diri kepadaNya. Tapi, Beliau juga tetap menyiapkan pasukan, persenjataan, menyusun taktik dan strategi perang serta mengukur kekuatan lawan. Itu semua masuk dalam kontek tawakkal dan sekaligus itu merupakan isti'anah.

Ketika melihat seorang sahabat membiarkan ontanya di halaman masjid tanpa diikat, Rasulullah saw menegurnya dalam hadits:

عن أنس قال قال رجل يا رسول الله أعقلها وأتوكل أو أطلقها وأتوكل قال اعقلها وتوكل.

Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apakah onta saya saya ikatkan lalu saya bertawakkal, ataukah saya lepaskan saja lalu saya bertawakkal?". Rasulullah menjawab, "Ikatlah dulu, baru kemudian bertawakkal!". (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban, di dhaifkan Albany).

Golongan keempat adalah ahlul isti'anah, tapi tidak beribadah. Yaitu orang-orang yang senantiasa dan rajin meminta pertolongan dan kebutuhannya kepada Allah. Tapi mereka sangat lemah dalam beribadah.

Bila meminta kepada Allah, bukan main banyak dan panjangnya permintaannya. Semua kebutuhan dan hak-hak duniawinya begitu lancar dalam permintaannya. Namun, tidak seimbang dengan ibadah dan kepatuhannya kepada Allah. Mungkin bahasa sederhananya, sholatnya pendek, tapi doanya begitu panjang.

Golongan keempat ini lebih rendah dari golongan ketiga. Karena mereka hanya mementingkan kepentingannya saja, tanpa menunaikan hak-hak Allah.

Golongan ini hanya mengakui rububiyah Allah swt, Yang satu-satunya memberi manfaat atau mudharat, Yang berkehendak dalam segala ciptaanNya. Tapi, mereka secara tidak langsung telah mengingkari Uluhiyah Allah SWT, Yang satu-satunya berhak disembah dan diibadahi.

Wallahu A'laa wa A'lam.

Share with your friends

Give us your opinion

Pemberitahuan
Jangan lupa untuk like dan subscribe PKS Sumbar.
Done