Mei 2018 - PKS Sumbar
News Update
Loading...

30 Mei 2018

Kisah dan Ibrah (14)

Kisah dan Ibrah (14)

Ramadhan 14

Oleh: Irsyad Syafar

Kisah ini belum terjadi. Baru akan terjadi nanti di akhirat kelak. Yaitu ketika penghuni sorga sudah masuk sorga dan penghuni neraka sudah masuk neraka. Namun karena kejadian ini bersumber dari Allah, tentulah orang-orang beriman wajib mempercayainya dan mengambil pelajaran darinya.

Allah SWT mengabarkan bahwa nanti akan terjadi dialog antara penghuni sorga dengan penghuni neraka. Dialog yang membuat penghuni sorga menjadi semakin mulia dan terhormat, dan penghuni neraka semakin sengsara dan nestapa. Allah SWT berfirman:

وَنَادَى أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (الأعراف: 44).

Arinya: "Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), "Sesungguhnya kami benar-benar telah memperoleh apa (nikmat) yang Tuhan kami janjikan­ kepada kami. Maka apakah kalian benar-benar telah memperoleh apa (azab) yang Tuhan kalian janjikan (kepada kalian)?". Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul.” Kemudi­an seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim." (QS Al A'raf: 44).

Dialog dari para penghuni sorga ini merupakan ekspresi kebahahagiaan mereka dengan segala nikmat Allah yang mereka dapatkan di dalam sorga. Semuanya terealisasi sebagaimana yang Allah SWT janjikan ketika di dunia.

Kemudian mereka menyampaikan nikmat Allah SWT tersebut kepada penghuni neraka. "Kami sudah nikmati semua janji-janji Allah kepada kami. Apakah kalian sudah rasakan siksaan-siksaan Allah di neraka?". Sebuah pertanyaan yang bernada sinis sekaligus celaan bagi penghuni neraka. Dan mareka tak ada pilihan lain untuk menjawab. Mereka mengakui bahwa mereka telah rasakan adzab seperti ancaman Allah di dunia dulu.

Pola dialog yang sama pernah dikecamkan oleh Rasulullah saw terhadap orang-orang kafir yang terbunuh dalam Perang Badar. Lalu dimasukkan ke dalam sumur Qulaib. Maka Rasulullah Saw. berseru:

"يَا أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَيَا عُتْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ، وَيَا شَيْبَةَ بْنَ رَبِيعَةَ -وَسَمَّى رُءُوسَهُمْ-: هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَإِنِّي وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقًّا". وَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تُخَاطِبُ قَوْمًا قَدْ جَيفوا؟ فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ، وَلَكِنْ لَا يَسْتَطِيعُونَ أَنْ يُجِيبُوا".

Artinya: "Hai Abu Jahal ibnu Hisyam, hai Utbah ibnu Rabi'ah hai Syaibah ibnu Rabi'ah —seraya menyebutkan pemimpin-pemimpin mereka (orang-orang kafir)lainnya—, apakah kalian benar-benar telah memperoleh apa (azab) yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian kepada kalian?. Karena sesungguhnya aku benar-benar telah memperoleh apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku. Umar ra. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau berbicara kepada kaum yang telah menjadi bangkai?" Rasulullah saw menjawab: "Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­Nya, kalian sekali-kali bukanlah orang-orang yang lebih mende­ngar ucapanku dari mereka, tetapi mereka tidak mampu menjawab." (HR Muslim dari Umar bin Khattab).

Maka setelah para penghuni neraka terpaksa "mengaku" bahwa mereka telah merasakan adzab yang dijanjikan Allah, ada Malaikat yang menyeru bahwa terkutuklah orang-orang yang berbuat zhalim (aniaya). Allah SWT menerangkan siapa orang yang dimaksud:

الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا. وَهُمْ بِالآخِرَةِ كَافِرُونَ.(الأعراف: ٤٥).

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." (QS Al-A'raf: 45).

Maksudnya, mereka adalah orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalan Allah dan mengamalkan syariat-Nya. Dan mereka juga menghalangi manusia dari apa yang disampaikan oleh Nabi-Nabi. Disamping itu mereka juga mengharapkan agar jalan Allah dan Nabi itu menjadi bengkok (tidak lurus), dicitrakan negatif, dan tidak menarik. Sehingga tidak ada seorang pun yang mau mengikutinya. Mereka semua menjadi terkutuk disisi Allah di akhirat kelak.

Kemudian, diantara penghuni sorga dengan penghuni neraka, Allah SWT memberi batas (hijab) berupa sebuah tembok yang tinggi yang dikenal dengan nama Al A'raf. Sehingga penghuni neraka tidak bisa masuk ke sorga. Namun penghuni sorga bisa melihat penghuni neraka dan bisa saling berkomunikasi.

Di atas tembok tinggi ini, ada sekelompok manusia yang memiliki tanda masing-masing. Mereka belum masuk sorga tapi bisa melihat penghuni sorga dan berkomunikasi dengannya. Dan mereka juga tidak masuk neraka, tapi bisa melihat penghuni neraka dan berkomunikasi dengannya. Allah SWT berfirman:

وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ وَعَلَى الأعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلا بِسِيمَاهُمْ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ. وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (الأعراف: ٤٦-٤٧).

Artinya: "Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan diatas A'raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga, "salamun alaikum." Mereka belum lagi memasukinya, sedangkan mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu." (QS Al A'raf: 46-47).

Para ulama berbeda pendapat tentang siapa kaum yang di atas tembok tinggi (ashabul a'raf) ini. Tetapi semua pendapat saling berdekatan pengertiannya, yang bermuara kepada suatu pendapat, yaitu mereka adalah kaum-kaum yang amal kebaikan dan amal keburukannya sama banyak. Sehingga amal baiknya menghalanginya untuk masuk neraka, dan amal buruknya menghalanginya untuk masuk sorga. Jadilah mereka di tengah-tengah antara sorga dan neraka. Demikianlah menurut apa yang telah dinashkan oleh Huzaifah, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf, sebagai mana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Ada beberapa riyawat mauquf dan marfu' yang menjelaskan tentang mereka. Diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Bakar bin Matdawaih:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمَّنِ اسْتَوَتْ حَسَنَاتُهُ وَسَيِّئَاتُهُ، فَقَالَ: "أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ، لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ".

Artinya: Dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai orang yang amal kebaikan dan amal keburukannya sama. Maka Rasulullah Saw. menjawab: "Mereka adalah penghuni Al A'raf, mereka tidak dapat memasuki surga, padahal mereka sangat menginginkannya."

Dalam riwayat lain dari Muhammad ibnul Munkadir, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Muzayyanah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai orang yang sama amal kebaikan dan amal keburukannya, juga mengenai para penghuni A'raf. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Sesungguhnya mereka adalah suatu kaum yang berangkat (berperang di jalan Allah) dalam keadaan durhaka, karena tanpa seizin orang tua-orang tua mereka, lalu mereka gugur di jalan Allah." (Lihat tafsir Ibnu Katsir).

Ibnu Jarir Ath Thabari menukilkan dalam tafsirnya perkataan Hudzaifah tentang ashabul A'raf: "Mereka adalah suatu kaum yang diselamatkan oleh amal kebaikannya dari neraka, tetapi dihalang-halangi masuk surga oleh amal keburukannya."

Mereka ini, bila melihat penghuni sorga, mereka mengucapkan salam dan berharap masuk pula kesana. Sebaliknya bila melihat penghuni neraka, mereka berlindung kepada Allah agar tidak bergabung disana. Mereka juga mencela penghuni neraka yang tidak berdaya sama sekali. Harta dan jumlah mereka tidak berarti sama sekali di dalam neraka. Sebaliknya, penghuni sorga yang dulu di dunia dibully dan diejek oleh orang-orang kafir, justru sekarang mereka diseru Allah untuk masuk sorga tanpa ada lagi rasa takut dan sedih. Allah SWT berfirman:

أَهَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ۚ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ

Artinya: "(Orang-orang di atas A'raf bertanya kepada penghuni neraka): "Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?". (Kepada orang mukmin itu dikatakan): "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati." (QS Al A'raf: 49).

Para ashabul A'raf ini kemudian mendapat rahmat dan pengampunan dari Allah, setelah mendapatkan pembersihan khusus di sebuah sungai atau telaga. Sehingga wajah dan tubuh mereka juga menjadi bersih dan bercahaya. Namun di leher mereka ada tanda putih sebagai ciri mereka ashabul A'raf. Dan merekapun masuk ke dalam sorga.

Sedangkan penghuni neraka tetap sengsara dalam siksa Allah. Dengan penuh harap dan rintihan yang sangat hina, mereka memanggil penghuni sorga. Mereka meminta dituangkan sedikit minuman sorga atau sebagian rezeki Allah yang lain di sorga. Akan tetapi jawaban para penghuni sorga sangat mengiris hati, dan memupuskan harapan mereka. Allah SWT berfirman:

وَنَادَىٰ أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ ۚ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ. (الأعراف: ٥٠).

Artinya: "Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian". Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharam keduanya itu atas orang-orang kafir." (QS Al A'raf: 50).

Allah telah menvonis haram makanan dan minuman sorga bagi penghuni neraka. Mereka adalah orang-orang kafir, yang memperolok-olokkan agama dan menjadikan agama sebagai senda gurau dan pelecehan. Mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia dan tidak percaya akan adanya hari pertemuan dengan Allah SWT.

الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (الأعراف: 51).

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami." (QS Al A'raf: 51).

Sungguh tragis nasib orang-orang kafir, menjadi penghuni neraka, kekal abadi di dalamnya.

*Pelajaran*

1. Allah SWT adalah Maha Benar, perkataanNya adalah benar, janji dan ancamanNya adalah benar, pertemuan denganNya adalah benar, sorga dan neraka adalah benar.
2. Semua perbuatan manusia di dunia pasti berbalas di akhirat kelak. Tak secuilpun lolos dari hisab dan balasan Allah. Bagi yang berbuat baik ada balasan baik. Bagi yang berbuat buruk akan ada balasan yang buruk.
3. Orang-orang yang senantiasa memperbanyak kebaikan, mengalahkan keburukannya, maka dia sedang merancang keselamatannya di akhirat kelak.
4. Orang-orang yang seimbang kebaikan dengan keburukannya, nasibnya kelak sangat tergantung dengan kasih sayang Allah.
5. Kisah akhirat belum terjadi. Tetapi Allah berikan ceritanya agar hamba-hamba yang beriman berhati-hati dan waspada. Hanya orang-orang yang berakal yang selalu mencari keselamatan di akhir nanti.

Wallahu A'laa wa A'lam.

Kisah dan Ibrah (13)

Kisah dan Ibrah (13)

Ramadhan 13

Oleh: Irsyad Syafar

Di dalam sorga, pernah berkumpul 3 macam makhluk Allah dengan 3 watak dan sifat berbeda. Yang satu dengan sifat ketaatan mutlak, tak pernah berdosa dan membangkang. Yaitunya malaikat. Dan satu dengan watak membangkang mutlak dan selalu bermaksiat. Yaitunya iblis laknatullah. Dan yang ketiga adalah yang watak antara keduanya, kadang taat kadang engkar. Itulah watak dan sifat manusiawi. Diantara manusia itu kemudian ada yang naik mendekati watak dan sifat malaikat. Dan sebaliknya ada yang jatuh mendekati watak iblis.

Makhluk Allah yang paling pertama berbuat dosa kepada Allah adalah iblis. Yaitu ketika di sorga Allah memerintahkannya bersama para Malaikat untuk sujud kepada Adam. Semua Malaikat patuh dan tunduk kepada perintah Allah. Maka mereka semua bersujud. Adapun iblis, engkar dan melawan kepada Allah. Ia enggan dan tidak mau sujud kepada Adam. Allah berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (الأعراف: 11).

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu(Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud." (QS Al A'raf: 11).

Dalam surat lain, perintah sujud ini sudah Allah berikan sebelum Adam diciptakan. "Bila sudah sempurna penciptaannya, maka sujudlah kalian", begitu lebih kurang maknanya. Maka ketika sudah sempurna penciptaannya, perintah itu merupakan pengulangan dan penguatan. Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ. فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ.

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS Al Hijr: 28-29).

Iblis menolak dan tidak melaksanakan perintah Allah, dan itu adalah sebuah dosa besar. Sebab, Allah adalah Zat yang Maha Agung, Yang menciptakannya dan seluruh malaikat serta makhluk lainnya. Iblis pasti sangat tahu dengan itu. Tentunya, semua perintahNya adalah kewajiban. Dia berhak memerintahkan apa saja kepada hamba-hamba (makhluk) ciptaanNya. Apapun perintahNya, semua hamba wajib melakukan. Termasuk perintah sujud kepada makhluk yang lain.

Namun iblis telah salah langkah. Yaitu melawan perintah Allah. Ia punya tafsir dan ukuran sendiri dalam menyikapi perintah Allah. Bahkan, iblis melakukan kesalahan berikutnya, yaitu berlaku sombong dan melecehkan Nabi Adam. Ketika ditanya oleh Allah alasan dia tidak mau sujud, iblis menjawab bahwa dirinya lebih baik dari pada Adam. Allah berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (الأعراف: 12).

Artinya: "Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS Al A'raf: 12).

Alasan iblis merupakan sesuatu hal yang lebih besar dari pada dosanya. Seakan-akan iblis membangkang —tidak mau taat— karena tidak ada perintah yang menganjurkan seseorang yang memiliki keutamaan bersujud kepada orang yang lebih rendah keutamaannya. Ini suatu kesalahan dari iblis, karena anggapannya tidak perlu yang lebih baik menghormati yang dibawahnya. Seakan-akan iblis la’natullah mengatakan, "Saya lebih baik daripadanya, maka mengapa Engkau perintahkan saya untuk bersujud kepadanya?"

Kemudian iblis menjelaskan alasan kenapa dirinya lebih baik dari pada Adam. Yaitu karena ia diciptakan dari api dan Adam dari tanah. Sedangkan api itu (lagi-lagi menurut logika iblis) lebih baik dari pada tanah liat. Ini kesalahan berikutnya. Iblis laknatullah ini, dalam alasannya mengacu kepada asal-usul unsur kejadian sesuatu. Tidak mengacu kepada kemuliaan yang besar yang ada pada diri Adam. Yaitu Allah menciptakan Adam dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh (ciptaan)-Nya.

Iblis laknatullah juga sangat keliru dalam analogi dan pengakuannya, yang mengatakan bahwa api lebih mulia atau lebih baik dari pada tanah.
Padahal sesungguhnya tabiat tanah liat itu ialah kuat, sabar, tenang, dan kokoh. Tanah merupakan tempat bagi tetumbuhan, pengembangan, penambahan, dan perbaikan. Sedangkan api mempunyai watak membakar, liar, selalu bergejolak dan cepat. 

Dan memang, analogi bila tidak dipandu oleh wahyu, lebih sering tersalah dan tersesat. Ibnu Jarir mengatakan dengan sanadnya yang shahih, dari Hisyam ibnu Sirin yang telah mengatakan bahwa iblislah yang mula-mula melakukan kias (analogi). Dan tidak sekali-kali matahari dan rembulan disembah melainkan karena adanya kias tersebut. 

Akibat dari pembangkangan iblis ini, dan sikap sombongnya di hadapan Allah, maka iblis diusir oleh Allah dari sorga dan terlaknat sampai hari kiamat. Allah berfirman:

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (13) قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (14) قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (15).

Artinya: "Allah berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” Iblis men­jawab, "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan.” Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS Al A'raf: 13-15).

Maksud iblis ingin dihormati dan dimuliakan. Tapi justru pembangkangan dan kedurhakaannya kepada Allah serta kesombongannya kepada makhluk Allah justru membuatnya menjadi hina lagi sengsara. Ia menjadi terlaknat sampai hari kiamat. Allah berfirman di surat lain:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ. وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (ص: ٧٧-٧٨) .

Artinya: "Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (QS Shad: 77-78).

Begitulah selalu dalam sunnatullah, suatu perbuatan bisa berbuah terbalik. Orang yang tawadhuk akan menjadi terhormat dan naik derjatnya. Sebaliknya yang sombong dan angkuh justru malah menjadi hina dan jatuh derjatnya. Orang yang pemurah dan dermawan akan menjadi kaya, (minimal hati dan perasaannya). Sedangkan orang yang pelit lagi kikir malah akan menjadi miskin dan sempit hidupnya. Dan orang yang suka mengalah seringkali menjadi pemenang. Sebaliknya orang yang mau menang sendiri malah menjadi pecundang.

Menyadari dirinya sudah terkutuk dan hina sampai hari kiamat, maka iblis meminta dipanjangkan umurnya sampai hari berbangkit. Ini menunjukkan bahwa iblis tahu bahwa Allah Maha Kuasa untuk itu. Dan permintaan itu Allah kabulkan. Tapi, hanya sampai hari kiamat. Sehingga kemudian iblis bersumpah bahwa dia akan menyesatkan seluruh manusia (anak cucu Adam) dari jalan kebenaran. Dengan segala cara iblis akan realisasikan targetnya menggoda manusia dari segala penjuru. Allah berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (الأعراف: ١٦-١٧).

Artinya: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at)." (QS. Al A’raf : 16-17).

Inilah dendam iblis sekaligus sumpahnya untuk menyesatkan dan membinasakan manusia. Ia akan halangi manusia dari semua kebaikan. Ia akan duduk di jalan shalat agar orang tidak shalat. Ia akan duduk di jalan puasa agar manusia tidak puasa. Ia akan duduk di jalan sedekah agar manusia tidak bersedekah. Begitulah seterusnya dalam semua kebaikan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa godaan iblis dari muka mereka artinya dari arah dunia mereka. Dari belakang mereka artinya menggoda melalui urusan akhirat mereka. Dan dari kanan mereka artinya godaan melalui kebaikan-kebaikan mereka. Sedangkan dari kiri mereka artinya godaan dari arah kejahatan-kejahatan mereka.

Akan tetapi, Allah SWT mengukuhkan pengusiran iblis dari golongan makhluk yang tertinggi dan menjauhkannya dari rahmat-Nya. Dan Allah memastikan siapa saja yang mengikuti iblis akan mengalami nasib tragis, bersamanya berkumpul di dalam neraka jahannam. Allah berfirman:

قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ (الأعراف: 18).

Artinya: "Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian semuanya." (QS Al A'raf: 18).

Setelah iblis terusir dari sorga dan kemuliaannya, tinggallah Adam dan Hawa disana dengan segala fasilitas nikmat yang disediakan Allah. Semua isi sorga menjadi hak mereka. Kecuali satu pohon yang tidak boleh mereka dekati. Apalagi memakan buahnya. Allah berfirman:

وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (الأعراف: 19).

Artinya: "Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al A'raf: 19).

Para ulama berbeda pendapat tentang pohon apa yang dilarang Allah tersebut. Ada yang mengatakan pohon anggur, ada yang berpendapat pohon gandum, pohon korma dan ada juga pendapat itu adalah pohon At Tin. Namun yang jelas, Allah memberikan satu larangan bagi Adam dan Hawa, sebagai ujian bagi mereka berdua.

Disinilah kemudian iblis melancarkan balas dendamnya. Ia menggoda Adam dan istrinya agar terjatuh kepada larangan Allah. Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang bagaimana cara iblis masuk kembali ke dalam sorga. Sebagian meriwayatkan bahwa iblis masuk melalui seekor ular. Ini dinukilkan Al Qurthubi dalam tafsirnya. Riwayat lain menyatakan iblis masuk sorga kembali tanpa perantara. Hanya masukknya tidaklah terhormat.

Begitu berhasil masuk ke dalam sorga, iblis langsung merayu, menggoda dan melancarkan semua tipu dayanya kepada Adam dan Hawa. Iblis menjanjikan keabadian bagi keduanya bila mau memakan buahnya. Bahkan iblis sampai bersumpah dengan nama Allah untuk menakluklan Adam dan Hawa. Allah berfirman:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (20) وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (الأعراف: 21).

Artinya: "Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.” (QS Al A'raf: 20-21).

Janji-janji manis, rayuan-rayuan maut dan sumpah atas nama Allah akhirnya menaklukkan Adam dan Hawa. Keduanya akhirnya melanggar larangan Allah. Keduanya mendekati pohon tersebut dan memakan buahnya. Namun akibatnya keduanya mendapat hukuman langsung dari Allah. Aurat mereka langsung tersingkap dan mereka menjadi telanjang. Keduanya akhirnya mengambil daun-daun sorga untuk menutup aurat mereka yang terbuka.

Allah menegur keduanya dengan teguran keras. Dan mengingatkan kembali bahwa Dia telah melarang mereka berdua dari pohon ini sebelumnya. Adam dan Hawa menyadari kesalahannya dan menyadari bahwa mereka berdua telah diperdaya oleh iblis. Keduanya bertobat kepada Allah dengan doa yang diajarkan langsung oleh Allah:

قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الأعراف: 23).

Artinya: "Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al A'raf: 23).

Ada kemulian Nabi Adam dibalik do'a yang diajarkan Allah untuknya bertaubat. Pertama, Adam mengakui bahwa itu adalah kesalahannya. Adam tidak "ngeles" itu kerjaan iblis. Kedua, Adam memohon ampun kepada Allah dengan tulus. Ketiga, Adam merasa akan rugi dan sengsara jika tidak diampuni Allah. Sangat berbeda dengan iblis, yang ketika nyata-nyata bersalah dia malah menjadi sombong, melawan, menantang dan mengancam.

Walaupun mendapat hukuman berat dengan dikeluarkan dari sorga dan dibuang ke bumi, Adam dan keturunannya akan dapat kembali ke sorga kelak bila beriman dan bertaqwa kepada Allah. Sedangkan yang engkar kepada Allah di dunia, tentunya kelak akan masuk neraka bersama dengan iblis. Allah berfirman:

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ. (البقرة: ٣٨-٣٩).

Artinya: "Kami berfirman, "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran alas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS Al Baqarah: 38-39).

*Pelajaran*

1. Iblis melakukan dosa terbesar yaitu membangkang dan melawan kepada Allah. Akibatnya dia hina dan abadi di neraka.
2. Adam melakukan kesalahan karena memakan buah yang terlarang. Akibatnya Adam terusir dari sorga, tapi tidak abadi. Adam dan keturunannya bisa kembali masuk sorga bila bertobat dan beriman kepada Allah.
3. Dosa iblis berawal dari penyakit syubuhat. Yaitu merasa lebih baik dan merasa lebih mulia. Sedangkan kesalahan Adam berasal dari penyakit syahawat. Yaitu ingin mencicipi salah satu buah sorga. Penyakit syubuhat bisa membuat seseorang jatuh kepada kesesatan dan kekafiran. Sedangkan penyakit syahawat mengakibatkan jatuh kepada maksiat dan dosa besar (tidak kafir).
4. Kesombongan akan membuat orang jatuh kepada dosa dan kehinaan. Sebaliknya rendah hati akan membuat seseorang menjadi mulia dan terhormat.
5. Iblis akan menggoda manusia dari segala penjuru dan dengan segala cara. Maka setiap hamba Allah wajib berlindung kepadaNya dari segala godaan iblis yang terkutuk.

Wallahu A'laa wa A'lam.

28 Mei 2018

Kisah dan Ibrah (12)

Kisah dan Ibrah (12)

Ramadhan 12

Oleh: Irsyad Syafar

Nabi Ibrahim as. adalah Nabi yang Allah berikan keistimewaan yang besar. Dia adalah imam, ummah, hanif, orang yang tunduk (qanit) lillahi azza wa jalla. Seluruh Nabi dan Rasul setelahnya bernasab kepadanya. Dan seluruh penganut syariah (Islam, Nashrani, Yahudi) beriman kepadanya.

Nabi Ibrahim juga merupakan nabi yang paling agung setelah Rasulullah saw. Karena itu Allah Ta’ala mengabarkan kepada kita bahwa Dia menjadikannya sebagai Khalil (kekasih). 

 وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا (النساء: 125)

Artinya: “Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. An-Nisaa”: 125) 

Seluruh para nabi yang datang setelahnya adalah keturunannya dari kedua anaknya; Ishaq dan Ya’kub, kecuali Rasulullah saw yang merupakan keturuanan dari Ismail bin Ibrahim.

Nabi kita Muhammad saw memiliki kekhususan dengan Ibrahim dibanding yang lainnya. Ibrahim as. adalah bapak bangsa Arab, dan dia merupakan bapak Rasulullah saw dari segi nasab.

Nabi Ibrahim juga adalah Nabi yang Rasulullah saw diperintahkan untuk mengikuti millahnya (ajarannya),

 ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنْ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا (النحل: 123)

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" (SQ. AN-Nahl: 123) 

Karena itu, Nabi Muhammad saw, dan para pengikutnya, adalah orang yang paling utama bagi Nabi Ibrahim as.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا (آل عمران: 68)

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad).” (QS. Ali Imron: 68).

Karena Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapak bagi para Nabi, maka Beliau juga adalah Bapak Tauhid. Sebab, semua Nabi menyeru umatnya untuk mentauhidkan Allah SWT. Dan Nabi Ibrahim menghadapi kaum yang menyembah berhala. Sama halnya dengan Nabi Nuh sebelumnya yang juga menghadapi kaum penyembah berhala.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: Orang-orang musyrik yang disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw, asal muasalnya adalah dari dua kelompok kaum; kaumnya Nabi Nuh dan kaum Nabi Ibrahim. Kaum Nuh, asal kesyirikan mereka adalah pemujaan terhadap kuburan orang-orang shalih. Lalu mereka buat patung-patung berbentuk wajah orang soleh itu, kemudian mereka menyembahnya. Sementara kaum Ibrahim, asal kesyirikan mereka adalah peribadatan kepada bintang-bintang, matahari, dan bulan. (at-Tawassul wa al-Wasilah, 2/22).

Berhala yang diagungkan kaum Nabi Ibrahim adalah simbol dari benda-benda langit yang mereka buat berhala-berhalanya, melambangkan benda-benda langit itu, lalu mereka sembah. Sedangkan berhala yang disembah kaum Nabi Nuh adalah simbol orang-orang soleh, yang mereka buat patung-patungnya, kemudian mereka sembah.

Dalam perjuangannya mengemban risalah tauhid, Nabi Ibrahim as menghadapi tantangan yang sangat berat. Wajar kemudian Beliau termasuk ke dalam salah satu Nabi Ulul Azmi. Beliau menghadapi Raja Namrudz yang kafir lagi kejam. Beliau juga menghadap kaum penyembah berhala yang punya ilmu tentang benda-benda langit. Kemudian Beliau juga menghadapi ayahnya Azar (sebagian menyebut namanya Tarikh) yang juga kafir dan pembuat berhala.

Allah menceritakan sebagian dakwahnya kepada sang ayah dan kepada kaumnya yang menyembah benda-benda langit, dalam beberapa ayat di surat Al An'am. Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. (الأنعام: ٧٤).

Artinya: "Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan.” (QS Al An'am: 74).

Pada ayat ini Nabi Ibrahim mendebat ayahnya secara santun, atas peribadatan yang beliau lakukan dan juga kaumnya. Semua itu adalah sebuah kesesatan. Sebab, tidaklah pantas berhala-berhala itu dijadikan sebagai Tuhan.

Di dalam surat lain Allah lebih detailkan perdebatan Ibrahim yang mengkritisi "kesesatan" ayahnya:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا * إِذْ قَالَ لأبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا * يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا * يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا * يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا.

Artinya: "Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.” (QS Maryam: 41-45).

Nabi Ibrahim melihat kaumnya (juga bapaknya) telah dalam kebodohan, karena melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat. Dan mereka juga telah melakukan kesesatan, karena menyembah berhala-berhala yang tidak layak dipertuhankan. Nabi Ibrahim berkesimpulan seperti itu karena dia telah mendapatkan petunjuk dari Allah. Dan Allah telah memberinya keyakinan yang lurus lagi benar dengan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda keagunganNya di langit dan di bumi:

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (الأنعام: 75).

Artinya: "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin." (QS Al An'am: 75).

Artinya, Allah jelaskan kepadanya segi penyimpulan dalil yang menunjukkan kepada keesaan Allah SWT, melalui pandangannya terhadap kerajaan dan keagungan makhluk-Nya, di langit dan dibumi. Sehingga kemudian Beliau yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, serta tidak ada Rabb selainNya.

Kemudian Nabi Ibrahim berdebat dengan kaumnya tentang berhala dan benda-benda langit yang mereka sembah. Sebagian ulama mengatakan ini perenungan pribadi Nabi Ibrahim, dan proses Beliau mencari Tuhan. Akan tetapi pendapat yang kuat para ulama tafsir; semisal Ibnu Katsir dan Syekh As Sa'diy, dan didukung oleh teks dan konteks ayat-ayat ini dan ayat lainnya, dialog ini adalah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya, dengan menggunakan bahasa dan logika yang sangat bagus.

Nabi Ibrahim memastikan kepada dirinya dan juga kaumnya, bahwa yang namanya Tuhan itu harus kekal abadi, tidak boleh hilang atau lenyap. Kalau ada berhala atau tuhan yang bisa hilang dan lenyap, maka itu tidak layak menjadi tuhan. Maka mulailah Ibrahim mendebat kaumnya terkait bintang yang mereka sembah. Allah berfirman:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (الأنعام: 76).

Artinya: "Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu lenyap, dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang lenyap.” (QS Al An'am: 76).

Seolah-olah Nabi Ibrahim ingin mengakomodasi sembahan kaumnya. Yaitu bintang yang tampak indah gemerlapan di malam hari. Tapi, kemudian bintang itu hilang dan lenyap. Maka Nabi Ibrahim menyatakan itu tidak layak menjadi tuhan. "Aku tidak suka yang lenyap (tidak kekal)", katanya. Maka gugurlah salah satu tuhan mereka.

Kemudian malam berikutnya Nabi Ibrahim menyaksikan bulan. Dan Beliau ingin mengajak kaumnya berfikir. Beliau berkata: "Inilah Tuhan" sesuai versi kaumnya. Tapi kemudian bulan lenyap pula dan tidak kekal. Maka tegas-tegas Nabi Ibrahim menyatakan kalau bukan karena hidayah Tuhannya, tentu dia akan tersesat. Jelas sekali Nabi Ibrahim sudah punya Tuhan yang benar ketika itu. Allah berfirman menggambarkan:

فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (الأنعام: 77).

Artinya: "Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat." (QS Al An'am: 77).

Gugur lagi tuhan (berhala) mereka berikutnya dengan hujjah (logika) Nabi Ibrahim. Lalu kemudian di siang hari, di depan kaumnya, Nabi Ibrahim menyaksikan matahari, yang lebih besar dari bulan. Lagi-lagi Nabi Ibrahim seolah-olah mengakomodasi diawal keyakinan kaumnya: "Ini tuhanku, ini lebih besar". Namun kemudian matahari terbenam. Maka Nabi Ibrahim memastikan itu tidak layak disembah, dan Beliau berlepas diri dari sembahan-sembahan mereka. Allah berfirman:

 فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (الأنعام :79)

Artinya: "Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tat­kala matahari itu telah terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS Al An'am: 78-79).

Nabi Ibrahim sudah punya Tuhan yang benar berdasarkan petunjuk dari Allah. Beliau tidak pernah terlibat penyembahan satupun dari jenis berhala dan tuhan-tuhan palsu tersebut. Beliau sudah dijamin oleh Allah mendapat petunjuk dan arahan dariNya, saat sejak awal melihat ayahnya menyembah berhala. firman-Nya:

{وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ * إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ}. الأنبياء: ٥١-٥٢

Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelumnya, dan adalah Kami mengetahui (keadaannya). Yaitu ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?”(QS Al-Anbiya: 51 -52).

Begitulah Nabi Ibrahim mendebat kaumnya dan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan mereka. Beliau tidak ikut serta menyembah berhala mereka dan tidak pernah takut sama sekali dengan berhala yang mereka sekutukan dengan Allah. Sebagai mana mereka tidak takut kepada Allah. Kekuatan hujjah dan alasan Ibrahim membuat kaumnya tidak berdaya membantahnya. Allah berfirman:

{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ}. الأنعام: ٨٣

Artinya: "Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya." (QS Al-An'am: 83).

*Pelajaran*

1. Nabi Ibrahim adalah Bapak para Nabi, dan Bapak penyeru Tauhid serta induk pengikut syariah langit yang pernah Allah turunkan (Islam, Nashrani, Yahudi).
2. Nabi Ibrahim berdakwah menghadapi para penyembah berhala dengan hujjah yang kuat, baik dari Wahyu Allah SWT maupun dari logika yang benar yang berjalan di atas arahan wahyu.
3. Bintang gemintang dan seluruh makhluk langit lainnya tidak layak disembah atau dijadikan sebagai sumber-sumber keyakinan dan acuan dalam menentuan nasib dan peruntungan.
4. Seorang Mukmin harus tegas dalam menyikapi kesyirikan, tidak terlibat dalam peribadatan kepada selain Allah, ramal-meramal, perdukunan, dan memastikan bahwa dirinya dan keluarganya (ayah, istri/suami, anak-anak) tidak jatuh ke dalam perbuatan syirik. Sebab dosa syirik tidak diampuni Allah sama sekali, kecuali dengan taubat yang sebenarnya taubat.
5. Orang-orang yang memurnikan aqidahnya (tauhidnya) kepada Allah akan hidup dalam keamanan dan akan mendapat hidayah. Sebaliknya orang yang jatuh kepada perbuatan syirik, akan selalu dalam tidak aman, tidak nyaman, gelisah dan jauh dari hidayah.

Wallahu A'laa wa A'lam.

Kisah dan Ibrah (11)

Kisah dan Ibrah (11)

Ramadhan 11

Oleh: Irsyad Syafar

Ini episode lain dari perjalanan Bani Israil. Kali ini antara mereka dengan Nabi Allah, Isa as. Mereka disebut Allah SWT di dalam Al Quran sebagai Hawariyyun. Mereka dalam proses ujian keimanan kepada Allah dan ujian loyalitas kepada Nabi Allah. Nabi Isa as menyeru mereka untuk beriman kepada Allah dan kepadanya. Allah berfirman:

وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ.

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)". (QS Al Maidah: 111).

Hal ini merupakan anugerah Allah kepada Nabi Isa as. Yaitu Allah menjadikan baginya sahabat-sahabat dan penolong-penolong yang setia kepadanya. Menurut pendapat ulama, yang dimaksud dengan istilah "wahyu" dalam ayat ini ialah wahyu yang berupa ilham, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

{وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ}.

Artinya: "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susukanlah dia.” (QS Al-Qashash: 7).

Hal ini jelas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud adalah ilham, tanpa ada yang memperselisihkannya. Sama pula dengan pengertian pada ayat lain, yaitu firman Allah SWT:

{وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ. ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا}.

Artinya: "Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." (QS An-Nahl: 68-69).

Dengan mendapat seruan untuk beriman kepada Allah dan Nabi Isa, maka hawariyyun beriman kepada Nabi Isa. Namun untuk menguatkan iman, mereka meminta terjadinya sebuah mukjizat kepada Nabi Isa. Mereka meminta turunnya satu meja hidangan dari langit. Allah berfirman:

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ ۖ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.

Artinya: "(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". (QS Al Maidah: 112).

Ayat yang menceritakan dialog antara Nabi Isa dengan pengikutnya ini, menyingkap seberapa kuat kadar keimanan pengikutnya dan seperti apa watak perilaku mereka.

Para ulama tafsir memang berbeda pendapat dalam menjelaskan motif permintaan Hawariyyun ini. Apakah karena mereka masih ragu kepada Allah dan Nabi Isa atau karena mereka ingin menambah naiknya level iman mereka. Namun jumhur ulama mengambil pendapat yang pertama.

Salah satu Ulama yang berpendapat seperti itu adalah Ibnu Jarir Ath Thabari. Beliau menyatakan masih adanya keraguan di dalam hati mereka. Ibnu Jarir memberikan alasan dengan pendapat ini adanya tanggapan Nabi Isa: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".

Perintah bertakwa ini merupakan bentuk teguran. Maknanya takutlah kalian kepada Allah, jangan tanyakan hal ini, jika kalian betul-betul beriman.

Para pengikut Nabi Isa ini memberikan alasan atas permintaan mereka tersebut, seperti Firman Allah:

قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِينَ.

Artinya: "Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". (QS Al Maidah: 113).

Ada 4 alasan mereka bertanya: pertama karena mereka ingin makan, kedua untuk menambah iman dan ketenteraman hati, ketiga karena ingin bukti kebenaran Nabi Isa, dan keempat karena ingin menyaksikan mukjizat. Dari empat alasan yang dimunculkan oleh Al Quran, memang nampak masih ada "suasana" keraguan dalam diri "Hawariyyun".

Maka permintaan Hawariyyun akhirnya direspon oleh Nabi Isa as. Beliau langsung berdoa memohon kepada Allah:

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ ۖ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: "Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". (QS Al Maidah: 114).

Nabi Isa meminta kepada Allah sesuai permintaan Hawariyyun. Yaitu diturunkannya hidangan dari langit. Namun Beliau meluruskan tujuan dari permintaan tersebut. Turunnya nikmat "hidangan" Allah ini adalah untuk: menjadi hari raya bagi mereka, dan menjadi tanda kekuasaan Allah, serta merupakan rezeki dari Allah.

Maka Allah mengabulkan permintaan kaum Nabi Isa as. ini. Karena level keimanan mereka yang belum kuat dan masih bercampur keraguan, kadang memang harus diperkuat dengan peristiwa luar biasa (mukjizat). Allah menjawab doa Nabi Isa:

قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۖ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ.

Artinya: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". (QS Al Maidah: 115).

Doa Nabi Isa terkabul dan keinginan Hawariyyun terpenuhi. Akan tetapi resikonya sangat berat. Barang siapa yang masih kafir (engkar) setelah mukjizat tanda kekuasaan Allah ini terjadi, maka dia akan disiksa dengan siksa yang sangat pedih, yang belum pernah ada sebelumnya di muka bumi.

Dan itu balasan yang sangat wajar. Karena sudah mendapat penghormatan dari Allah dengan dikabulkannya permintaan mereka. Dan permintaannya sangat istimewa. Tak pernah terjadi sebelumnya bagi kaum yang lain, dan juga tidak terulang pada kaum setelah mereka. Bila setelah itu masih engkar kepada Allah, tentunya sangat wajar mendapat siksa.

Imam Ath Thabari dalam tafsirnya menukilkan perkataan Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa ada 3 golongan yang paling berat siksaanya di akhirat kelak: orang-orang munafik, orang-orang kafir setelah (menyaksikan) turunnya hidangan dari langit, dan keluarga Firaun.

Disini juga terlihat perbedaan yang jelas antara sahabat-sahabat setia Rasulullah saw (Muhajidin dan Anshar) dengan sahabat setia (Hawariyyun) Nabi Isa. Hawariyyun walaupun sudah beriman kepada Nabi Isa as, dan sudah sering mengetahui dan menyaksikan mukjizat Nabi Isa, namun mereka masih terus saja meminta mukjizat. Sedangkan sahabat Rasulullah saw tidak meminta mukjizat setelah mereka masuk Islam dan setelah sentuhan pertama iman menyapa hati mereka.

*Pelajaran*

1. Setiap Nabi dan Rasul dikaruniai oleh Allah SWT para pendukung dan pengikut setia. Jumlahnya relatif, sedikit atau banyaknya. Pengikut setia Nabi Isa namanya para Hawariyyun.
2. Pendukung setia Rasulullah saw (Sahabat Nabi) jauh lebih baik tingkat keimanan mereka dibandingkan para pendukung Nabi-Nabi sebelumnya. Sebab, mereka tidak pernah meminta mukjizat setelah beriman. Dan banyak yang beriman tanpa melihat mukjizat. Seperti Abu Bakar, Khadijah, Ali, Utsman, Zubeir dan banyak sahabat lainnya, masuk Islam tanpa melihat mukjizat Rasulullah saw.
3. Iman yang muncul setelah mukjizat lebih rendah kelasnya dari pada iman yang muncul tanpa mukjizat lebih dulu. Dan orang-orang yang masih saja belum beriman setelah melihat kekuasaan Allah (mukjizat), akan mendapat siksa yang lebih berat.
4. Para pengikut Nabi-Nabi sebelum Rasulullah saw sering kali memanggil Nabi mereka dengan namanya langsung: wahai Musa, wahai Isa, wahai Harun, dll. Sementara pengikut Rasulullah saw lebih beretika. Mereka memanggilnya dengan panggilan kenabian: wahai Rasulullah, wahai Nabi Allah.
5. Jika Allah berkehendak atas sesuatu, apa saja yang diinginkanNya pasti akan terjadi. Setiap orang beriman mesti membulatkan keyakinannya atas keMahaberkuasanya Allah.

Wallahu A'laa wa A'lam.

27 Mei 2018

Kisah dan Ibrah (10)

Kisah dan Ibrah (10)

Ramadhan 10

Oleh: Irsyad Syafar

Ini adalah kisah pembunuhan pertama di dunia. Kisah yang benar tentang dua orang anak dari anak-anak Nabi Adam. Jumhur ulama menyatakan keduanya adalah Habil dan Qabil.

Sudah menjadi taqdir Allah SWT bahwa Nabi Adam dan istrinya Hawwa selalu dikaruniai anak kembar sepasang, laki-laki dan perempuan. Karena penduduk dunia saat itu hanya mereka sekeluarga saja, belum ada keluarga lain, maka syariat perkawinan adalah antar sesama anak.

Imam Ibnu Jarir Ath Thabari, meriwayatkan dengan isnadnya dari As Suddi melalui riwayat Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud, bahwa  Nabi Adam selalu dikarunia anak sepasang, laki-laki dan perempuan. Lalu Nabi Adam menikahkan laki-laki satu kehamilan dengan perempuan kehamilan yang lain. Dan menikahkan perempuan satu kehamilan dengan laki-laki kehamilan yang lain. Begitu seterusnya sampai beranak-pinak.

Maka diantara anak-anak Nabi Adam tersebut adalah Habil dan Qabil. Nabi Adam mensyariatkan bahwa Habil menikahi perempuan kembaran Qabil. Sedangkan Qabil menikahi perempuan kembaran Habil. Disinilah permasalahan itu bermula.

Alhaafizh Ibnu Hajar menyatakan dalam kitabnya Fathul Baaru, bahwa As Suddi menyebutkan penyebab Qabil membunuh Habil adalah kecemburuan Qabil kepada Habil. Sebab kembaran Qabil lebih baik (cantik) dibandingkan kembaran Habil. Qabil menginginkan ia menikahi kembarannya sendiri. Sedangkan syariat Nabi Adam tidak mengizinkan hal itu. Namun Qabil ngotot dengan keinginannya. Maka Nabi Adam memerintahkan keduanya berqurban kepada Allah dengan harta pencahariannya. Siapa yang qurbannya diterima Allah, maka dia yang berhak menikahi kembaran Qabil.

Maka kedua anak Adam tersebut menyerahkan qurbannya kepada Allah, dari hasil usahanya sendiri. Qabil seorang petani, menyerahkan qurban berupa hasil tanaman gandumnya. Tapi tidak dengan kualitas yang baik. Sedangkan Habil seorang peternak. Ia serahkan qurban berupa seekor domba yang gemuk lagi bagus. Lalu kemudian, ternyata qurban Habil lah yang diterima oleh Allah. Sedangkan qurban Qabil tidak diterima. Maka bangkitlah amarah Qabil, sehingga dia hendak membunuh adiknya Habil. (Fathul Baari 6/369).

Allah SWT menyebutkan peristiwa ini dalam firmanNya:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (المائدة: 27)

Artinya: "Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam(Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS Al Maidah: 27).

Betapa Qabil telah terbawa dari satu keburukan kepada keburukan. Pertama, Keinginannya untuk mendapatkan yang bukan haknya (tamak) telah membuatnya jatuh kepada sifat iri dan cemburu. Akibatnya dia jatuh kepada kesalahan berikutnya yaitu menolak syariat ayahnya, Nabi Adam. Kemudian, ketika Nabi Adam menambahkan perintah berqurban, Qabil tidak melaksanakannya dengan baik. Karena hawa nafsu dan emosional terlanjur menguasai dirinya.

Akibatnya, qurbannya tidak diterima, sedangkan qurban Habil diterima oleh Allah. Sehingga otomatis Habil yang berhak menikahi kembaran Qabil. Hal ini semakin membuat Qabil gelap mata. Ia tak melihat jalan lain untuk mencapai maksudnya dan menggagalkan pernikahan adiknya, kecuali dengan membunuhnya.

Namun sang adik, tidak terpancing emosinya dengan ancaman abangnya. Malah dia memberikan penjelasan kepada abangnya, bahwa Allah hanya menerima qurban yang dibayarkan dengan penuh ketaqwaan. Yaitu, berqurban dengan harta yang terbaik. Bahkan sang adik tak akan melawan sama sekali bila abangnya membunuhnya. Allah berfirman menjelaskan sikap sang adik:

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ. إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ (المائدة: ٢٨-٢٩).

Artinya: "Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh, kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dari dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim." (QS Al Maidah: 28-29).

Namun ternyata, hawa nafsu telah menguasai diri Qabil. Keinginan untuk membunuh adiknya sudah tidak terbendung lagi. Dan seseorang bila sudah menganggap sesuatu itu boleh dilakukan, maka dia akan terjatuh kepada perbuatan tersebut, walaupun perbuatan itu suatu dosa besar. Allah berfirman:

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ (المائدة: 30).

Artinya: "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi." (QS Al Maidah: 30).

Qabil pun jatuh kepada sebuah dosa besar, yaitu membunuh saudara kandungnya sendiri. Dosa yang membuatnya menjadi orang yang merugi, di dunia dan di akhirat. Yang akan membuatnya menjadi penghuni neraka. Sedangkan adiknya yang menjadi korban, beruntung disisi Allah. Karena amal shalehnya diterima dan dosa-dosanya menjadi tanggungan abangnya. Dan dia akan menjadi penghuni sorga.

Sebelum pembunuhan ini, belum ada satupun manusia yang melakukannya. Dan tak pernah pula Qabil mendapat pelajaran membunuh. Ini menunjukkan, bahwa manusia bila telah dikuasai hawa nafsu, bisa saja membuat berbagai "kreatifitas" dan "ide" berbuat dosa, yang mungkin tidak terpikir oleh orang lain. Dan akibatnya lagi, Qabil menjadi pencetus pertama pelaku pembunuhan. Tentunya, iblis punya peran dalam membisikkan berbagai dosa kepada manusia, sampai kemudian manusia itu memperbuatnya.

Karena, sebagai pencetus pertama sebuah keburukan, tentunya Qabil akan memikul juga beban dosa orang yang meniru perbuatannya ini, sampai hari kiamat nanti. Dalam sebuah hadits dinyatakan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تُقتَل نَفْسٌ ظُلْمًا، إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا، لِأَنَّهُ كَانَ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ".

Artinya: "dari Abdullah ibnu Mas'ud yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tiada seorang pun yang terbunuh secara aniaya, melainkan atas anak Adam yang pertama tanggungan sebagian dari darahnya, karena dialah orang yang mula-mula mengadakan pembunuhan." (HR Ahmad).

Dalam suasana kebingungan  karena telah terlanjur berbuat dosa membunuh, Qabil dihadapkan kepada masalah baru. Bagaimana dia harus memperlakukan mayat adiknya tersebut. Belum ada waktu itu syariat dan tata cara penguburan. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinukilkan bahwa Qabil membawa jenazah adiknya kemana dia pergi dalam waktu yang lama. Ada yang mengatakan sampai selama satu tahun. Tidak tahu apa yang harus dia perbuat.

Sempai kemudian Allah SWT mengirimkan pelajaran khusus melalui dua ekor burung gagak. Dimana kedua burung tersebut berkelahi, kemudian salah satunya mati. Maka yang satunya lagi yang masih hidup, menggali tanah membuat lobang. Lalu menguburkan gagak yang telah mati di dalam lobang tersebut. Semua itu berlangsung dihadapan Qabil.

Allah berfirman:

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الأرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَى أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ.

Artinya: "Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia harus menguburkan jenazah saudaranya. Berkata Qabil, "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu, jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal." (Al-Maidah: 31).

Setiap muslim harus hati-hati dan jangan sampai jatuh kepada dosa membunuh muslim yang lain. Sebab dosanya sangat besar dan siksanya sangat pedih di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Artinya: "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS An Nisa: 93).

Bila seandainya terjadi dua orang muslim berkelahi dan saling satu sama lain untuk membunuh lawannya, maka bila ada yang terbunuh, sipembunuh dan yang dibunuh kedua-duanya masuk neraka. Rasulullah saw bersabda:

 إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ . فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ قَالَ إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ.

Artinya: "Apabila dua orang muslim berkelahi dan masing-masing mempergunakan pedang maka si pembunuh dan yang terbunuh, keduanya masuk neraka." Aku bertanya, "Hal itu bagi pembunuh, bagaimana dengan yang terbunuh?" Beliau menjawab, "Karena orang yang terbunuh itu juga berusaha untuk membunuh saudaranya." (HR Bukhari dari Ahnaf bin Qeis dan Abu Bakar).

Karenanya, setiap muslim wajib menghindari permusuhan, apalagi sampai membunuh orang lain yang tidak berdosa. Peristiwa pembunuhan pertama di dunia ini Allah abadikan dalam surat Al Maidah, ayat 27-31.

*Pelajaran*

1. Nabi Adam bersama istrinya Hawwa dan anak-anaknya, adalah manusia pertama yang ada dimuka bumi. Mereka memiliki syariat khusus sesuai dengan situasi yang ada. Tentu tidak bisa sama dengan umat setelah itu.
2. Manusia bisa jatuh kepada dosa besar gara-gara diawali dengan dosa-dosa kecil. Dan manusia dengan akalnya, serta dibantu oleh bisikan iblis dan syetan, mampu membuat dosa-dosa baru yang belum pernah sebelumnya.
3. Dalam memberi kepada orang lain, atau berqurban karena Allah, hendaklah menjadi target setiap hamba Allah, bagaimana pemberian dan qurbannya diterima oleh Allah. Maka Allah hanya menerima yang terbaik, yang diberikan dengan penuh ketaqwaan. Bukan asal memberi dan berqurban (bersedekah).
4. Dosa pertama yang dilakukan oleh anak Adam adalah karena faktor berebut "perempuan". Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa manusia banyak jatuh kepada dosa, lantaran urusan "antara dua paha". Nabi pernah bersabda, "Siapa yang mampu menjamin antara dua kumisnya (yaitu mukut) dan antara dua pahanya (yaitu kemaluan), niscaya aku menjamin sorga baginya." (HR Bukhari)
5. Bila jatuh kepada sebuah dosa, apalagi dosa yang merugikan orang lain, manusia hanya bisa menyesalinya. Adalah berat dan sulit untuk mengembalikannya kepada asal mula yang bersih. Karenanya, setiap muslim mesti berupaya menghindari dosa-dosa yang merugikan orang lain. Walaupun beresiko merugikan diri sendiri. Karena itu jauh lebih selamat di dunia dan akhirat.

Wallahu A'laa wa A'lam.

PKS Sumbar

Kolom

[Kolom][recentbylabel3]
Pemberitahuan
Jangan lupa untuk like dan subscribe PKS Sumbar.
Done